Bola kasti terus menerus memantul-mantul di dinding putih
itu, meninggalkan bercak kehitaman disana.
“tidak bisakah kau membujuk ibumu? Kau tau sekolah itu
sangat disiplin” Seorang anak muda bernama Kim Jinhwan duduk dikursi, matanya tertuju
pada sahabatnya, Byun Baekhyun yang sedang menampilkan mimik muka santai dan
sudah sejak setengah jam yang lalu melempark lemparkan bola kasti ke dinding.
Baekhyun menggembungkan pipinya dan mengeluarkan tiupan-tiupan nafas yang
mengeluarkan bunyi abstrak.
“Baek, aku serius.” Jinhwan mengernyitkan dahinya, menendang
kursi Baekhyun hingga pemuda itu hampir terjungkal jika saja kakinya tidak
sigap menapak lantai.
“jika kau terlalu khawatir, ikut saja pindah denganku. Kau
terus menerus membicarakan itu sejak kemarin” Baekhyun berdecak heran sembari
menghidupkan tapenya dan menari nari tidak jelas.
“dudududuuuuu...... someone call the doctor nal butjapgo malhaejwo” ia bersenandung
mengikuti irama musik tapenya.
Jinhwan bangkit dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Baekhyun tipikal orang yang selalu meremehkan sesuatu. Jinhwan hanya khawatir
pada tingkah Baekhyun yang sangat nakal dan selalu berbuat sesuatu semaunya. Ia
sudah 3 kali dikeluarkan dari SMA yang berbeda karena membolos, mengempeskan
ban mobil semua guru, hampir membuat satu siswa terjatuh dari balkon karena ia
mengagetkan siswa itu dengan kodok besar sungguhan.
“berjanjilah kau tidak akan membuat kekacauan apapun lagi. Jika
kali ini kau dikeluarkan lagi, ibu tidak akan menyekolahkanmu lagi. Ini daftar
aktivitas yang harus kau lakukan. Ibu sudah mendaftarkanmu.” Baekhyun mengambil
kertas yang ibunya serahkan padanya.
Basket
Vocal
Piano
Gitar
Photography
Melukis
“oh bu! Apa-apaan ini. Apakah aku harus mengikuti semuanya?”
keluh Baekhyun. Wajahnya memerah karena kesal.
“harus, dan tidak ada tapi” ucap ibunya cepat ketika
baekhyun baru akan angkat bicara lagi.
“6 aktivitas untuk 6 hari dalam seminggu. Setelah 3 bulan
kau bisa memilih 3 diantaranya yang akan menjadi prioritas utamamu.’’ Nyonya Byun
berkata dingin dan segera menyuruh Baekhyun pergi dengan berkata bahwa Jinhwan
telah menunggunya di mobil. Baekhyun bergegas turun kebawah dan menghampiri
sahabatnya.
“jadi mengikuti jejakku, eh?” sapa Baekhyun sembali
tersenyum miring sembari masuk ke kursi penumpang ditengah. Disusul Jinhwan
disampingnya.
“diamlah. Aku hanya memastikan kau tidak akan membuat
masalah apapun lagi. Aku sudah berjanji pada ibumu.” Jelas Jinhwan singkat.
“ah, bersekongkol dengan ibuku rupanya. Hebat sekali kau. Tidak
taukah kau betapa tersakitinya hatiku kau khianati?” ucap Baekhyun dramatis sembari
menepuk-nepuk dadanya, memasang mimik wajah sedih, yang orang buta sekalipun
tau bahwa hal itu hanya permainan belaka.
“berhentilah dan tutup mulutmu” ujar Jinhwan sembari memukul
kepala sahabatnya tersebut, membuat Baekhyun terkekeh pelan dan bersenandung
pelan.
“Beautiful girls, all over the world.. I could be chasin but
my time would be wasted... They got nothin on you, baby... Nothin on you, baby...
They might say hi, and I might say haii!” ucap Baekhyun yang tiba-tiba
mengganti nada lagunya menjadi sebuah sapaan. Jinhwan yang mendengar
kejanggalan nada itu sontak menoleh kesamping. Jendela Baekhyun telah terbuka
lebar rupanya. Dan disamping mobil mereka, sebuah mobil tanpa atap berwarna
pink tengah terparkir sempurna,bersama sama menunggu lampu lalu lintas menjadi
hijau.
Pemilik mobil itu, seorang gadis berseragam sama seperti Jinhwan
dan Baekhyun, memakai sunglasses berbingkai pink, tampak tidak mengindahkan sapaan
pagi Baekhyun, membuat pemuda itu beringsut, mengeluarkan setengah badannya
dari jendela dan melontarkan senyuman tolol kearah sang gadis.
“mentari terang yang mengambang diatas tambang... benderang
bagai gemuruh perang... seperti itulah hatiku melihatmu wahai putri jelita”
seru Baekhyun asal, yang membuat orang-orang berkedut kening dan menahan tawa. Gadis
itu membuka kacamatanya, menyelipkannya keatas kepalanya seperti bando, menoleh
ke arah Baekhyun dan memandangnya dengan pandangan jijik bercampur malas.
“kau pikir kau siapa berani menegurku seperti itu?” tanyanya
angkuh, yang disambut Baekhyun dengan senyuman miring. Ia menggigit bibir
bawahnya dan melemparkan kecupan jarak jauh pada sang gadis sembari
mengerlingkan mata kirinya. Ia kembali menarik dirinya masuk kedalam mobil dan
berteriak “see you in school, bae joo hyun” ketika lampu berubah hijau dan
mobilnya melaju kencang.
Gadis itu mengernyitkan keningnya dan terlihat kesal. Ia terlihat
sangat tidak senang. Ia bergegas memperbaiki kacamatanya dan melaju kencang
dengan amarah.
Baekhyun memajukan bibir bawahnya sembari menggembungkan
pipinya ketika ia dan Jinhwan duduk diruangan kepala sekolah. Ia duduk
sembarangan diatas meja kepala sekolah (yang belum datang) serta dengan
semaunya membuka berkas-berkas disitu serta bermain-main dengan bendera sembari
menghormat penuh kejahilan.
“HORMAAAAATT” serunya lalu bergaya ala pasukan dan
tertawa-tawa sendiri.
“hentikan itu, idiot. Kepala sekolah akan seg---“ tepat
ketika itu pintu terbuka dan muncullah seorang lelaki paruh baya berkepala
botak licin. Baekhyun mendengus menahan tawa hingga kakinya disepak oleh Jinhwan.
“aku secara khusus diminta oleh ibumu untuk mendisplinkanmu,
Byun Baekhyun. Dan aku tidak akan menyerah terhadapmu.” Ucap kepala sekolah
sembari menggosok-gosok telapak tangannya penuh gairah.
“baguslah. Jadi aku tidak perlu bersikap sok baik padamu”
ucap baekhyun sembarang sembari menaikkan kakinya kehadapan kepala sekolah. Pria
itu menahan nafas. Wajahnya menjadi setengah merah.
“huakakaka kau lihat itu, bung?” gelak Baekhyun sembari
menyenggol Jinhwan. “berani taruhan si botak licin gendut ini tidak akan tahan
menghadapiku bahkan untuk satu minggu” ucap Baekhyun sembarang, yang membuat Jinhwan
memukul kepalanya.
“tidak apa-apa Jinhwan-sshi.” Ucap sang kepala sekolah
tersenyum. “kalian bisa mulai memasuki ruangan kalian.”
“sebaiknya kau tundukkan kepalamu, pak. Kurasa aku harus
bercermin untuk melihat apakah ada bekas cabe di gigiku” ejek Baekhyun sebelum
akhirnya ditarik Jinhwan pergi.
Mereka tiba dikelas 20 menit setelah kelas dimulai. Guru
sedang mengajarkan rumus rumit dipapan tulis ketika akhirnya berhenti,
mendengar ketukan sopan Jinhwan di pintu. Mereka dipersilahkan masuk dan
memperkenalkan diri.
“Namaku Kim Jinhwan. Kalian bisa memanggilku Jinhwan”
ucapnya singkat yang disambut gemuruh oleh murid lain, murid-murid wanita tentu
saja.
“bagaimana dengan sekolahmu sebelumnya?”
“apa id line mu?”
“apakah kau punya pacar?”
Gemuruh para gadis itu semakin memekakkan telinga.
“DIAM!” Bentak Baekhyun yang telah memasang mimik serius. “begitu
lebih baik” ucapnya sok berwibawa ketika seluruh kelas telah diam.
“namaku Byun Baekhyun. Biasa dipanggil Baekhyun” ucap
Baekhyun singkat. Kali ini tidak ada gemuruh apapun. Keadaan kelas sunyi.
“Baekhyun dan Jinhwan, kalian berdua duduklah dimeja paling
belakang, tepat dibelakang Irene dan Tiffany.” Ucap sang guru sembari menunjuk
kursi yang ditunjukkan. Baekhyun mengikuti arah tangan sang guru dan seketika
tersenyum miring.
“eitss... aku disitu” sergah Baekhyun ketika Jinhwan hendak
duduk dikursi dekat jendela, membuat Jinhwan memutar bola matanya dan duduk
dibelakang gadis bername-tag Hwang Min Young.
Baekhyun menendang-nendang kursi didepannya, merobek robek
kertas bukunya, membuatnya menjadi gumpalan-gumpalan lalu dilemparkannya
kekursi depan dari bawah meja. Tiba-tiba gadis bername-tag Bae Joo Hyun
didepannya berdiri, mengacungkan tangannya.
“ya, irene?” tanya sang guru.
“maaf menyela pak, bukankah akar kuadrat 3 jika dikalikan
dengan 9 akan membentuk sebuah aljabar setara yang dapat disilangkan dengan pemecahan
integral dasar?” Irene tetap
berkata-kata hingga 15 menit selanjutnya, membuat guru tua itu tertunduk lesu
dan akhirnya bel pun berbunyi.
Jinhwan nampaknya telah menjadi akrab dengan Tiffany
sehingga mengacuhkan Baekhyun dan berjalan santai keluar kelas menggandeng
Tiffany.
“ckckck dasar hidung belang” ucap Baekhyun mengumpat. Ia menendang
mejanya, yang membuat irene tersentak kedepan.
“hey! Hentikan itu!” ucapnya masam.
“oh maaf, aku tau kau disitu, tapi aku tidak perduli. Apa ada
yang sakit? Kalau ada, syukur. Kalau tidak ada, biar kubikin ada” ucap Baekhyun
sembarang sembari memasang senyumnya. Senyum yang membuat beberapa gadis lain
dikelas itu memandangnya dengan gemas.
Irene memutar bola matanya dan bergegas keluar dengan kesal.
Baekhyun dengan sigap mengikutinya. Irene berjalan dengan dagu terangkat,
dengan sebuah buku catatan ditangannya dan beberapa kali berhenti untuk
mengarahkan telunjuknya pada siswa-siswa yang tampaknya melakukan pelanggaran.
“Chanyeol! Kau melanggar peraturan sekolah nomor 4, yang
mengharuskan semua baju seragam dimasukkan!” teriaknya histeris dan memandang
Chanyeol dengan dahi mengernyit.
“Jaehyun! Kau melanggar peraturan sekolah nomor 78, tentang
membudidayakan tersenyum!” ucapnya sembari tersenyum penuh angkuh serta
mencatat catat pelanggaran setiap siswa yang didakwanya.
“berhenti disitu!” teriaknya dengan angkuh, membuat beberapa
junior terhenti dan memandangnya takut.
“tenanglah, dik. Aku tidak akan menghukum mu. Aku hanya
ingin tau, apakah buku ini sudah resmi kau pinjam dari perpustakaan?” ucapnya
dengan tenang sembari tersenyum anggun dan menarik pelan buku dari salah satu
junior tersebut serta membukanya. “ahh, kau baru meminjam hari ini. Bagus. Kau tidak
boleh meminjam sembarangan tanpa menuliskan namamu. Dan ingatlah untuk
mengembalikannya tepat waktu, atau kalau tidak kau akan melanggar peraturan
perpustakaan nomor 14 tentang pencurian” ucapnya sembari berlalu kembali dengan
dagu terangkat.
Baekhyun melihat semua kejadian itu dengan mendengus menahan
tawa. Ia tersenyum lalu dengan santai berjalan sembari menarik bajunya keluar,
membuka 3 kancing atas kemejanya, membuat dasinya berantakkan, dan berjalan
santai mendahului Irene.
“Byun Baekhyun!” serunya. Baekhyun tersenyum lalu berbalik
badan. Semua orang di koridor memasang mata mereka pada Irene dan Baekhyun.
“ya, sayangku?” ucap Baekhyun sembari melangkah kearah Irene
sembari menggigit bibir bawahnya.
“kau melanggar aturan sekolah no—“
“nomor 4 tentang harus memasukkan baju dengan rapi? Oh aku
tau itu, manis. Tapi bagaimana ini... tanganku baru saja terkilir dan aku tidak
bisa melakukan itu. Maukah kau melakukannya untukku?” ucap Baekhyun, tersenyum
mesum sembari mengangkat alisnya.
“ehey... ya, irene! Lakukanlah. Kupikir otak peraturanmu
tidak akan tahan melihat baju Baekhyun berantakkan” terdengar suara Chanyeol
mengudara.
“diam!” bentak Irene angkuh. “tanganmu tidak terkilir dan
jangan memanggilku dengan sebutan sayang. Cepat masukkan bajumu atau aku akan
memanggil bagian kesiswaan untuk mendisiplinkanmu” ucap Irene dengan dagu yang
lebih terangkat.
“bagaimana jika kau saja yang mendisiplinkanku? Kita bisa
mencari kamar atau gudang kosong. Kau memang harus mendisiplinkanku. Ah,
maksudku, mendisiplinkan adik didalam celana ku yang terus menerus bergemuruh
setiap melihat lekuk indah tubuhmu yang minta dijamah dan diremas itu” ucap
Baekhyun mesum yang membuat gemuruh Chanyeol serta beberapa murid lain semakin
keras.
“hahah! Hantam, bung!” teriak Chanyeol.
Wajah irene memerah. Ia mengepalkan tangannya kesal.
Bukkk............
“ugh... apa-apaan kau..” Seru Baekhyun sembari menoleh
kebelakang. Ternyata Jinhwan baru saja menendang bokongnya.
“kemari. Biar aku yang mendisiplinkanmu. Tanganmu terkilir
kan?” ucap Jinhwan dingin sembari menarik kerah Baekhyun.
“lepaskan.” Sergah Baekhyun jengkel. Ia menepis tangan Jinhwan
dan memandang Jinhwan kesal.
“maafkan temanku, Irene. Dia memang begitu. Apa kau terluka?”
ucap Jinhwan penuh perhatian sembari bergerak kearah Irene dan memandangnya
lembut. Matanya dan Irene saling memandang dalam diam. Pipi Irene mendadak
memerah.
“hoho, sudah cukup, Romeo. Kurasa sang Juliet ingin kembali
ke tugas ‘mulia’nya dalam menghakimi seluruh isi sekolah” ucap Baekhyun dengan
penekanan pada kata “mulia” yang jelas-jelas menghina.
Baekhyun menarik Jinhwan menjauh. Jinhwan tersenyum sekali
lagi pada Irene lalu bergerak menjauh.
“namanya Kim Jinhwan. Dia begitu baik dan lembut serta
perhatian. Saos burgerku berantakkan di pipi dan dia mengambilkan tissue untuk
membersihkannya.” Celetuk Tiffany yang tiba-tiba berbisik pada Irene.
“Jinhwan...........” ucap Irene pelan...
-to be continued-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar