Sabtu, 10 Oktober 2015

THE PRINCE VS THE DEVIL.

Bola kasti terus menerus memantul-mantul di dinding putih itu, meninggalkan bercak kehitaman disana.

“tidak bisakah kau membujuk ibumu? Kau tau sekolah itu sangat disiplin” Seorang anak muda bernama Kim Jinhwan duduk dikursi, matanya tertuju pada sahabatnya, Byun Baekhyun yang sedang menampilkan mimik muka santai dan sudah sejak setengah jam yang lalu melempark lemparkan bola kasti ke dinding. Baekhyun menggembungkan pipinya dan mengeluarkan tiupan-tiupan nafas yang mengeluarkan bunyi abstrak.

“Baek, aku serius.” Jinhwan mengernyitkan dahinya, menendang kursi Baekhyun hingga pemuda itu hampir terjungkal jika saja kakinya tidak sigap menapak lantai.

“jika kau terlalu khawatir, ikut saja pindah denganku. Kau terus menerus membicarakan itu sejak kemarin” Baekhyun berdecak heran sembari menghidupkan tapenya dan menari nari tidak jelas.

“dudududuuuuu...... someone call the doctor  nal butjapgo malhaejwo” ia bersenandung mengikuti irama musik tapenya.

Jinhwan bangkit dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Baekhyun tipikal orang yang selalu meremehkan sesuatu. Jinhwan hanya khawatir pada tingkah Baekhyun yang sangat nakal dan selalu berbuat sesuatu semaunya. Ia sudah 3 kali dikeluarkan dari SMA yang berbeda karena membolos, mengempeskan ban mobil semua guru, hampir membuat satu siswa terjatuh dari balkon karena ia mengagetkan siswa itu dengan kodok besar sungguhan.

-KEESOKAN HARINYA-

“berjanjilah kau tidak akan membuat kekacauan apapun lagi. Jika kali ini kau dikeluarkan lagi, ibu tidak akan menyekolahkanmu lagi. Ini daftar aktivitas yang harus kau lakukan. Ibu sudah mendaftarkanmu.” Baekhyun mengambil kertas yang ibunya serahkan padanya.

Basket
Vocal
Piano
Gitar
Photography
Melukis

“oh bu! Apa-apaan ini. Apakah aku harus mengikuti semuanya?” keluh Baekhyun. Wajahnya memerah karena kesal.

“harus, dan tidak ada tapi” ucap ibunya cepat ketika baekhyun baru akan angkat bicara lagi.

“6 aktivitas untuk 6 hari dalam seminggu. Setelah 3 bulan kau bisa memilih 3 diantaranya yang akan menjadi prioritas utamamu.’’ Nyonya Byun berkata dingin dan segera menyuruh Baekhyun pergi dengan berkata bahwa Jinhwan telah menunggunya di mobil. Baekhyun bergegas turun kebawah dan menghampiri sahabatnya.

“jadi mengikuti jejakku, eh?” sapa Baekhyun sembali tersenyum miring sembari masuk ke kursi penumpang ditengah. Disusul Jinhwan disampingnya.

“diamlah. Aku hanya memastikan kau tidak akan membuat masalah apapun lagi. Aku sudah berjanji pada ibumu.” Jelas Jinhwan singkat.

“ah, bersekongkol dengan ibuku rupanya. Hebat sekali kau. Tidak taukah kau betapa tersakitinya hatiku kau khianati?” ucap Baekhyun dramatis sembari menepuk-nepuk dadanya, memasang mimik wajah sedih, yang orang buta sekalipun tau bahwa hal itu hanya permainan belaka.

“berhentilah dan tutup mulutmu” ujar Jinhwan sembari memukul kepala sahabatnya tersebut, membuat Baekhyun terkekeh pelan dan bersenandung pelan.

“Beautiful girls, all over the world.. I could be chasin but my time would be wasted... They got nothin on you, baby... Nothin on you, baby... They might say hi, and I might say haii!” ucap Baekhyun yang tiba-tiba mengganti nada lagunya menjadi sebuah sapaan. Jinhwan yang mendengar kejanggalan nada itu sontak menoleh kesamping. Jendela Baekhyun telah terbuka lebar rupanya. Dan disamping mobil mereka, sebuah mobil tanpa atap berwarna pink tengah terparkir sempurna,bersama sama menunggu lampu lalu lintas menjadi hijau.

Pemilik mobil itu, seorang gadis berseragam sama seperti Jinhwan dan Baekhyun, memakai sunglasses berbingkai pink, tampak tidak mengindahkan sapaan pagi Baekhyun, membuat pemuda itu beringsut, mengeluarkan setengah badannya dari jendela dan melontarkan senyuman tolol kearah sang gadis.

“mentari terang yang mengambang diatas tambang... benderang bagai gemuruh perang... seperti itulah hatiku melihatmu wahai putri jelita” seru Baekhyun asal, yang membuat orang-orang berkedut kening dan menahan tawa. Gadis itu membuka kacamatanya, menyelipkannya keatas kepalanya seperti bando, menoleh ke arah Baekhyun dan memandangnya dengan pandangan jijik bercampur malas.

“kau pikir kau siapa berani menegurku seperti itu?” tanyanya angkuh, yang disambut Baekhyun dengan senyuman miring. Ia menggigit bibir bawahnya dan melemparkan kecupan jarak jauh pada sang gadis sembari mengerlingkan mata kirinya. Ia kembali menarik dirinya masuk kedalam mobil dan berteriak “see you in school, bae joo hyun” ketika lampu berubah hijau dan mobilnya melaju kencang.

Gadis itu mengernyitkan keningnya dan terlihat kesal. Ia terlihat sangat tidak senang. Ia bergegas memperbaiki kacamatanya dan melaju kencang dengan amarah.


Baekhyun memajukan bibir bawahnya sembari menggembungkan pipinya ketika ia dan Jinhwan duduk diruangan kepala sekolah. Ia duduk sembarangan diatas meja kepala sekolah (yang belum datang) serta dengan semaunya membuka berkas-berkas disitu serta bermain-main dengan bendera sembari menghormat penuh kejahilan.
“HORMAAAAATT” serunya lalu bergaya ala pasukan dan tertawa-tawa sendiri.

“hentikan itu, idiot. Kepala sekolah akan seg---“ tepat ketika itu pintu terbuka dan muncullah seorang lelaki paruh baya berkepala botak licin. Baekhyun mendengus menahan tawa hingga kakinya disepak oleh Jinhwan.

“aku secara khusus diminta oleh ibumu untuk mendisplinkanmu, Byun Baekhyun. Dan aku tidak akan menyerah terhadapmu.” Ucap kepala sekolah sembari menggosok-gosok telapak tangannya penuh gairah.

“baguslah. Jadi aku tidak perlu bersikap sok baik padamu” ucap baekhyun sembarang sembari menaikkan kakinya kehadapan kepala sekolah. Pria itu menahan nafas. Wajahnya menjadi setengah merah.

“huakakaka kau lihat itu, bung?” gelak Baekhyun sembari menyenggol Jinhwan. “berani taruhan si botak licin gendut ini tidak akan tahan menghadapiku bahkan untuk satu minggu” ucap Baekhyun sembarang, yang membuat Jinhwan memukul kepalanya.

“tidak apa-apa Jinhwan-sshi.” Ucap sang kepala sekolah tersenyum. “kalian bisa mulai memasuki ruangan kalian.”

“sebaiknya kau tundukkan kepalamu, pak. Kurasa aku harus bercermin untuk melihat apakah ada bekas cabe di gigiku” ejek Baekhyun sebelum akhirnya ditarik Jinhwan pergi.

Mereka tiba dikelas 20 menit setelah kelas dimulai. Guru sedang mengajarkan rumus rumit dipapan tulis ketika akhirnya berhenti, mendengar ketukan sopan Jinhwan di pintu. Mereka dipersilahkan masuk dan memperkenalkan diri.

“Namaku Kim Jinhwan. Kalian bisa memanggilku Jinhwan” ucapnya singkat yang disambut gemuruh oleh murid lain, murid-murid wanita tentu saja.

“bagaimana dengan sekolahmu sebelumnya?”

“apa id line mu?”

“apakah kau punya pacar?”

Gemuruh para gadis itu semakin memekakkan telinga.

“DIAM!” Bentak Baekhyun yang telah memasang mimik serius. “begitu lebih baik” ucapnya sok berwibawa ketika seluruh kelas telah diam.

“namaku Byun Baekhyun. Biasa dipanggil Baekhyun” ucap Baekhyun singkat. Kali ini tidak ada gemuruh apapun. Keadaan kelas sunyi.

“Baekhyun dan Jinhwan, kalian berdua duduklah dimeja paling belakang, tepat dibelakang Irene dan Tiffany.” Ucap sang guru sembari menunjuk kursi yang ditunjukkan. Baekhyun mengikuti arah tangan sang guru dan seketika tersenyum miring.

“eitss... aku disitu” sergah Baekhyun ketika Jinhwan hendak duduk dikursi dekat jendela, membuat Jinhwan memutar bola matanya dan duduk dibelakang gadis bername-tag Hwang Min Young.

Baekhyun menendang-nendang kursi didepannya, merobek robek kertas bukunya, membuatnya menjadi gumpalan-gumpalan lalu dilemparkannya kekursi depan dari bawah meja. Tiba-tiba gadis bername-tag Bae Joo Hyun didepannya berdiri, mengacungkan tangannya.

“ya, irene?” tanya sang guru.

“maaf menyela pak, bukankah akar kuadrat 3 jika dikalikan dengan 9 akan membentuk sebuah aljabar setara yang dapat disilangkan dengan pemecahan integral dasar?”  Irene tetap berkata-kata hingga 15 menit selanjutnya, membuat guru tua itu tertunduk lesu dan akhirnya bel pun berbunyi.

Jinhwan nampaknya telah menjadi akrab dengan Tiffany sehingga mengacuhkan Baekhyun dan berjalan santai keluar kelas menggandeng Tiffany.

“ckckck dasar hidung belang” ucap Baekhyun mengumpat. Ia menendang mejanya, yang membuat irene tersentak kedepan.

“hey! Hentikan itu!” ucapnya masam.

“oh maaf, aku tau kau disitu, tapi aku tidak perduli. Apa ada yang sakit? Kalau ada, syukur. Kalau tidak ada, biar kubikin ada” ucap Baekhyun sembarang sembari memasang senyumnya. Senyum yang membuat beberapa gadis lain dikelas itu memandangnya dengan gemas.

Irene memutar bola matanya dan bergegas keluar dengan kesal. Baekhyun dengan sigap mengikutinya. Irene berjalan dengan dagu terangkat, dengan sebuah buku catatan ditangannya dan beberapa kali berhenti untuk mengarahkan telunjuknya pada siswa-siswa yang tampaknya melakukan pelanggaran.

“Chanyeol! Kau melanggar peraturan sekolah nomor 4, yang mengharuskan semua baju seragam dimasukkan!” teriaknya histeris dan memandang Chanyeol dengan dahi mengernyit.

“Jaehyun! Kau melanggar peraturan sekolah nomor 78, tentang membudidayakan tersenyum!” ucapnya sembari tersenyum penuh angkuh serta mencatat catat pelanggaran setiap siswa yang didakwanya.

“berhenti disitu!” teriaknya dengan angkuh, membuat beberapa junior terhenti dan memandangnya takut.

“tenanglah, dik. Aku tidak akan menghukum mu. Aku hanya ingin tau, apakah buku ini sudah resmi kau pinjam dari perpustakaan?” ucapnya dengan tenang sembari tersenyum anggun dan menarik pelan buku dari salah satu junior tersebut serta membukanya. “ahh, kau baru meminjam hari ini. Bagus. Kau tidak boleh meminjam sembarangan tanpa menuliskan namamu. Dan ingatlah untuk mengembalikannya tepat waktu, atau kalau tidak kau akan melanggar peraturan perpustakaan nomor 14 tentang pencurian” ucapnya sembari berlalu kembali dengan dagu terangkat.

Baekhyun melihat semua kejadian itu dengan mendengus menahan tawa. Ia tersenyum lalu dengan santai berjalan sembari menarik bajunya keluar, membuka 3 kancing atas kemejanya, membuat dasinya berantakkan, dan berjalan santai mendahului Irene.

“Byun Baekhyun!” serunya. Baekhyun tersenyum lalu berbalik badan. Semua orang di koridor memasang mata mereka pada Irene dan Baekhyun.

“ya, sayangku?” ucap Baekhyun sembari melangkah kearah Irene sembari menggigit bibir bawahnya.

“kau melanggar aturan sekolah no—“

“nomor 4 tentang harus memasukkan baju dengan rapi? Oh aku tau itu, manis. Tapi bagaimana ini... tanganku baru saja terkilir dan aku tidak bisa melakukan itu. Maukah kau melakukannya untukku?” ucap Baekhyun, tersenyum mesum sembari mengangkat alisnya.

“ehey... ya, irene! Lakukanlah. Kupikir otak peraturanmu tidak akan tahan melihat baju Baekhyun berantakkan” terdengar suara Chanyeol mengudara.

“diam!” bentak Irene angkuh. “tanganmu tidak terkilir dan jangan memanggilku dengan sebutan sayang. Cepat masukkan bajumu atau aku akan memanggil bagian kesiswaan untuk mendisiplinkanmu” ucap Irene dengan dagu yang lebih terangkat.

“bagaimana jika kau saja yang mendisiplinkanku? Kita bisa mencari kamar atau gudang kosong. Kau memang harus mendisiplinkanku. Ah, maksudku, mendisiplinkan adik didalam celana ku yang terus menerus bergemuruh setiap melihat lekuk indah tubuhmu yang minta dijamah dan diremas itu” ucap Baekhyun mesum yang membuat gemuruh Chanyeol serta beberapa murid lain semakin keras.

“hahah! Hantam, bung!” teriak Chanyeol.

Wajah irene memerah. Ia mengepalkan tangannya kesal.

Bukkk............

“ugh... apa-apaan kau..” Seru Baekhyun sembari menoleh kebelakang. Ternyata Jinhwan baru saja menendang bokongnya.

“kemari. Biar aku yang mendisiplinkanmu. Tanganmu terkilir kan?” ucap Jinhwan dingin sembari menarik kerah Baekhyun.

“lepaskan.” Sergah Baekhyun jengkel. Ia menepis tangan Jinhwan dan memandang Jinhwan kesal.

“maafkan temanku, Irene. Dia memang begitu. Apa kau terluka?” ucap Jinhwan penuh perhatian sembari bergerak kearah Irene dan memandangnya lembut. Matanya dan Irene saling memandang dalam diam. Pipi Irene mendadak memerah.

“hoho, sudah cukup, Romeo. Kurasa sang Juliet ingin kembali ke tugas ‘mulia’nya dalam menghakimi seluruh isi sekolah” ucap Baekhyun dengan penekanan pada kata “mulia” yang jelas-jelas menghina.

Baekhyun menarik Jinhwan menjauh. Jinhwan tersenyum sekali lagi pada Irene lalu bergerak menjauh.

“namanya Kim Jinhwan. Dia begitu baik dan lembut serta perhatian. Saos burgerku berantakkan di pipi dan dia mengambilkan tissue untuk membersihkannya.” Celetuk Tiffany yang tiba-tiba berbisik pada Irene.

“Jinhwan...........” ucap Irene pelan...

-to be continued-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar