Minggu, 11 Oktober 2015

THE PRINCE VS THE DEVIL PART. 2

“kau tidak boleh seperti itu. Dia kan seorang gadis, dan tujuannya baik untuk menertibkan sekolah” Jinhwan membuka mulut ketika akhirnya ia dan Baekhyun kembali ke ruangan kelas. Baekhyun membuat gerakan mengejek dan menunjukkan bahwa dirinya sama sekali tidak berminat mendengar ceramahan Jinhwan.

“Baek.... aku bicara padamu” ucap Jinhwan sembari menghela nafas kasar.

“Baekhyun! Byun! Namamu kan?” sebuah teriakan bernada rendah dan berat terdengar dari arah pintu. Dari sana berlarian dua orang, satu orang bertelinga lancip dan berbadan besar serta tinggi, sementara satu orang lainnya bertinggi sedang, berambut putih dengan wajah seperti bayi.

Baekhyun menoleh dan tersenyum “benar sekali. Dan apa gerangan kau memanggilku, Chanyeol?” tanya Baekhyun yang kini telah melompat melewati Jinhwan dan berdiri didepan kedua orang itu, yang salah satunya dikenalinya sebagai Chanyeol, salah seorang siswa yang tadi ditegur oleh Irene di koridor sekolah.

“Namaku Hoshi!” ucap si muka bayi yang kini telah berjongkok diatas meja Tiffany dan menjulurkan tangannya ke Baekhyun, diikuti cengiran barisan gigi putihnya. Baekhyun menyambut tangan itu dengan gembira. Mereka bersalaman lama sekali, saling mengguncang tangan satu sama lain, menggaruk dan memelintir. Jinhwan mengernyitkan dahi melihat ini.

“Byun. Kupikir kau harus ikut geng kami!” seru Hoshi yang kini telah melepaskan tautan tangannya pada tangan Baekhyun.

“ya bung! Benar-benar harus. Kita harus membuat sekolah ini membantah peraturan-peraturan konyol itu.” Tambah Chanyeol bersemangat.

Baekhyun menyeringai, ia merangkul bahu kedua teman barunya dan berbisik “itu bisa diatur. Baiklah, mari kita pikirkan rencana pertama” ia menaik-turunkan alisnya. Tak lama mereka bertiga telah melenggang keluar kelas, masih dengan posisi Baekhyun ditengah merangkul bahu Chanyeol dan Hoshi, dengan bernyanyi riang, nyanyian yang memekikkan telinga serta menabrak siapapun yang menghalangi jalan mereka, meninggalkan Jinhwan yang menatap kepergian mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Jinhwan.... err...” suara yang merdu memecah lamunan Jinhwan tentang sesuatu hal.

“eh? Iya Irene? Ada apa? Ada yang bisa kubantu?” Ucap Jinhwan yang segera berdiri dan menghampiri Irene penuh perhatian.

“kudengar kau pintar berbahasa spanyol. Aku memiliki masalah dalam pelajaran itu. Bisakah kau membantuku?” ucap Irene cepat. Wajahnya bersemu merah. Jinhwan tersenyum lembut seraya bergerak duduk kembali ke kursinya.

“tentu saja. Akan menjadi sangat berarti untuk membantu orang lain dengan pengetahuan yang kita miliki. Tapi, aku anak rumahan yang lugu, tidak biasanya aku pergi keluar. Jadi, maukah kita belajar dirumahku saja?” ucap Jinhwan sembari bertopang dagu, dengan senyuman lembutnya yang masih tertuju pada Irene.

“ahh.. terimakasih Jinhwan-ahh.... tentu saja aku mau. Dimana saja boleh” ucap Irene malu-malu.

“BERITA HEBOH!!!!!!!! BERITA HEBOH!!!!!!!” Teriak seorang anak yang bernama Bambam yang kini berteriak heboh disepanjang koridor. Irene dengan segera berdiri dan memasang kembali ekspresi wajahnya yang biasa.

“Bambam! Berhenti berteriak. Kau akan mengganggu kenyamanan kedamaian sekolah. Ada apa?” seru Irene kesal.

“ah kau temannya kan?” seru Bambam yang tidak mengindahkan Irene, alih-alih menarik tangan Jinhwan yang berdiri dibelakang Irene.

“maaf?” ucap Jinhwan tak mengerti.

“Baekhyun. Ia, Chanyeol, dan Hoshi sedang berdiri dilapangan utama sekarang, mendongak menghadap bendera. Mereka meledakkan ruang guru dengan bom kompos yang dirakit oleh Baekhyun. Tempat itu sangat bau dan kotor sekarang. Tidak hanya itu, mereka memberikan bubuk gatal pada krim kepala Shindong saem”  jelas Bambam tanpa jeda sedikitpun.

Jinhwan menutup wajahnya dengan telapak tangan kirinya. Ia tampak antara malu dan frustasi. Irene terlihat akan meledak. Kedamaian dan ketertiban sekolah adalah goalnya yang paling suci di dunia ini. Dia tidak akan sudi membiarkan siapapun menghancurkan itu. Ia berjalan lebih cepat dari siswa lain yang kini telah berbondong-bondong pergi untuk melihat Baekhyun, Chanyeol, dan Hoshi yang kini dikenal dengan nama “Trio Trouble”.

Trio trouble tidak nampak kecewa dan lesu apalagi merasa bersalah. Mereka terus mengobrolkan lelucon aneh yang membuat ketiganya tertawa terbahak bahak walaupun wajah mereka telah merah terkena sengat matahari langsung.

“kau liat si botak gendut Shindong itu? Kurasa akan tumbuh jerawat di kepalanya. Oh astaga. Bukankah itu akan membentuk kawah kawah serta gunung seperti bulan?” Baekhyun berkata sembarang, yang diikuti gelak tawa oleh Chanyeol dan Hoshi.

“aku dengar si tua Sooman memiliki bisul di pantatnya. Tidak dapat kubayangkan jika bisul itu pecah sewaktu bom brilianmu itu meledak dan ia terjerembab ke keranjang berkas” ucap Hoshi yang kini sedang berusaha memanjat tiang bendera.

Baekhyun memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa. Chanyeol telah terduduk sempurna. Tidak sanggup lagi untuk berdiri.

“oh astaga. Ayo, para pahlawan. Hadapi takdirmu. Monster ganas jelek sedang menuju kemari. Persiapkan dirimu! Ayo! Hadapi hidup dan matimu. Kita ada untuk membela hak asasi para pemberontak dan perusuh!” teriak Baekhyun dramatis ketika sang kepala sekolah botak, Shindong datang menghampiri mereka dengan sebatang rotan ditangannya. Ia tampak sangat geram, terlihat dari caranya memukul-mukulkan rotan itu sepanjang ia berjalan.

“Kuchiyose no jutsu!” teriak Hoshi yang kini kepalanya telah diikat oleh pengikat kepala berlambang Konoha, lengkap dengan gerak tangannya yang membentuk jutsu pemanggil hewan ala Naruto tersebut.

“hiyaaaaaaa” teriak Chanyeol yang kini berlari slowmotion ke arah Shindong

“ulululululululululuuuuu” susul Baekhyun yang entah darimana kini telah membawa sapu ditangannya yang dianggapnya sebagai tombak, beserta seruannya yang seperti suku pedalaman hendak berangkat perang.

“DIAM KALIAN!” gelegar Shindong yang langsung membuat isi sekolah terdiam. Baik itu trio trouble maupun mereka yang menonton.

“BERDIRI MENGHADAP TEMAN-TEMAN KALIAN. SEKARANG!” Gelegarnya lagi. Mereka bertiga dengan wajah datar pun menghadap ratusan mata yang menanti dengan tidak sabar. Mata Baekhyun bertemu dengan mata Jinhwan, yang jelas menampakkan ekspresi tidak senang.

PLAKKK PLAKKK.....

Suara rotan beradu dengan bokong trio trouble. 30 menit kemudian mereka telah kembali ke kelas masing-masing. Chanyeol dan Hoshi kembali ke kelas 2 (5) sedang Baekhyun kembali ke 2 (1). Mata Baekhyun bosan sekali melihat keadaan kelasnya yang terlalu tenang, semua orang disitu hanya memiliki dua aktivitas. Belajar dan bersikap sok high class. Kelas itu memang berisi para siswa berprestasi gemilang di bidang akademik serta para pejabat sekolah. Jauh berbeda dengan kelas Chanyeol dan Hoshi, yang lebih cocok baginya. Baekhyun disambut oleh pandangan kurang senang dari orang kelasnya, karena kelas tersebut memang berisi orang-orang yang taat peraturan dan selalu menjujung tinggi perihal prinsip kelasnya agar selalu tertib dan disiplin. Orang-orang dikelas 2 (1) sangat anti terhadap kelas 2 (5) yang mereka anggap anjing liar yang tidak tau aturan. Baekhyun baru saja duduk dikursinya ketika Irene dan Jinhwan memasuki kelas. Jinhwan tidak menegur Baekhyun. Ia menarik kursi Irene dan mempersilahkan gadis itu duduk. Irene tidak langsung duduk. Ia terlihat geram dan menunjuk Baekhyun.

“kau nampaknya telah menjadi satu dari para anjing liar itu?” ketusnya sembari menatap jijik pada Baekhyun.

“wah sayangku yang manis. Tak kusangka gadis paling pintar disekolah ternyata paling bodoh sehingga tidak bisa membedakan mana manusia mana anjing. Jika aku anjing maka kau juga anjing. Karna kita sama” ucap Baekhyun sembari tersenyum polos. Polos yang dibuat buat. Polos yang lebih ke arti menghina Irene.

“Baek sudahlah” ucap Jinhwan malas.

“sejak kapan kau terus membelanya daripada aku? Yang temanmu itu aku” protes Baekhyun yang kini memasang wajah masam ke Jinhwan.

“tidak. Jinhwan lebih senang berteman denganku. Bukan begitu, Jinhwan?” ucap Irene yang memasang senyum sombong. “Jinhwan anak yang rapi dan disiplin. Sementara kau......”  Irene menambahkan sembari menatap Baekhyun dari atas kebawah dengan pandangan jijik. Jinhwan tidak menimpali. Ia dengan santai meminum minuman kalengnya dan menatap papan tulis.

“oh... telah membuat sekutu rupanya. Tapi tak kusangka. Biasanya kau berselera dengan yang berpayudara besar. Sementara si Ratu sekolah menyebalkan ini........” Baekhyun menatap Irene dengan tatapan meremehkan “sama sekali tidak layak untuk dijamah. Aku ragu apakah dia seorang gadis atau papan triplek” gelak tawa nampak terdengar tertahan oleh penghuni kelas. Irene bersemu merah. Ia mengepalkan tangannya. Baekhyun menyeringai penuh kemenangan.

Sisa kelas hari itu dihabiskan Baekhyun dengan bosan. Ia ingin segera pulang dan bermain dengan Chanyeol dan Hoshi. Ketika akhirnya bunyi bel berdentang, menandakan bahwa kelas telah berakhir, Baekhyun dengan sigap melompat dan berlari ke koridor, mendatangi Chanyeol dan Hoshi yang telah menunggunya.

“mau makan eskrim dulu? Biar aku yang traktir” ucap Baekhyun girang.

“Mungkin Chanyeol saja. Ibuku telah menelepon bahwa dirinya sudah ada didepan sekolah sekarang” ucap Hoshi penuh kesedihan.

“persoalan ibu memang hal yang paling sulit dimengerti. Yasudah pulanglah.” Ucap Baekhyun sembari menepuk nepuk pundak Hoshi.

Baekhyun dan Chanyeol menikmati eskrim besar ditangan, yang ditraktir oleh Baekhyun, ditraktir dalam kamus Baekhyun adalah mencuri. Ia dan Chanyeol memilih kedai eskrim yang penuh antrian lalu memesan dengan sangat ribut, ketika eskrim telah diberikan, mereka dengan sigap menjauh dari kerumunan.

Baekhyun tengah asyik menceritakan pada Chanyeol bagaimana nenek tua tetangganya pernah hampir terkena serangan jantung karena Baekhyun menghidupkan petasan tepat didepan jendela kamar nenek tua malang itu. Baekhyun hampir sampai pada kesimpulan cerita, dimana ia dimarahi habis-habisan oleh ibunya, ketika matanya menangkap pergerakan di ujung jalan. Itu Jinhwan dan Irene, bergandengan tangan, mencicipi eskrim juga. Chanyeol mengikuti arah pandang Baekhyun.

“aku pernah melihat Jinhwan.” Celetuk Chanyeol.

“dia dimana mana. Orang itu tidak pernah bisa diam dirumah” timpal Baekhyun.

“tapi aku melihatnya malam-malam, sedang mabuk bersama seorang wanita. Malam itu aku ke minimarket membeli susu. Aku tidak bisa tidur malam tanpa minum susu, kau tau.” Jelas Chanyeol.

“ya ya... itulah Jinhwan. Sisi buruknya memang begitu. Terlalu banyak bermain wanita. Aku sudah sering menasehatinya namun ia tak menggubris. Tapi ini tontonan menarik, kau tau...” seringai Baekhyun.

“tontonan?” ulang Chanyeol tak mengerti.

“Ratu sekolah menyebalkan itu akan berakhir hamil atau frustasi atau bunuh diri karena Jinhwan tipikal orang yang senang menjamah lalu meninggalkan. Tapi kau tidaik usah membocorkan ini kepada siapapun. Kecuali Hoshi.” Ucap Baekhyun tajam.

“aku janji.” Ucap Chanyeol pelan.

Baekhyun menyeringai sembari terus menjilat eskrimnya.

“irene........ apakah kau sudah mempunyai pacar?” tanya Jinhwan memecah kesunyian...

“aku? Eh belum...........” jawab Irene, kembali tersipu malu.


-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar