“kau tidak
boleh seperti itu. Dia kan seorang gadis, dan tujuannya baik untuk menertibkan
sekolah” Jinhwan membuka mulut ketika akhirnya ia dan Baekhyun kembali ke ruangan
kelas. Baekhyun membuat gerakan mengejek dan menunjukkan bahwa dirinya sama
sekali tidak berminat mendengar ceramahan Jinhwan.
“Baek....
aku bicara padamu” ucap Jinhwan sembari menghela nafas kasar.
“Baekhyun! Byun!
Namamu kan?” sebuah teriakan bernada rendah dan berat terdengar dari arah
pintu. Dari sana berlarian dua orang, satu orang bertelinga lancip dan berbadan
besar serta tinggi, sementara satu orang lainnya bertinggi sedang, berambut
putih dengan wajah seperti bayi.
Baekhyun
menoleh dan tersenyum “benar sekali. Dan apa gerangan kau memanggilku,
Chanyeol?” tanya Baekhyun yang kini telah melompat melewati Jinhwan dan berdiri
didepan kedua orang itu, yang salah satunya dikenalinya sebagai Chanyeol, salah
seorang siswa yang tadi ditegur oleh Irene di koridor sekolah.
“Namaku
Hoshi!” ucap si muka bayi yang kini telah berjongkok diatas meja Tiffany dan
menjulurkan tangannya ke Baekhyun, diikuti cengiran barisan gigi putihnya.
Baekhyun menyambut tangan itu dengan gembira. Mereka bersalaman lama sekali,
saling mengguncang tangan satu sama lain, menggaruk dan memelintir. Jinhwan
mengernyitkan dahi melihat ini.
“Byun.
Kupikir kau harus ikut geng kami!” seru Hoshi yang kini telah melepaskan tautan
tangannya pada tangan Baekhyun.
“ya bung! Benar-benar
harus. Kita harus membuat sekolah ini membantah peraturan-peraturan konyol itu.”
Tambah Chanyeol bersemangat.
Baekhyun
menyeringai, ia merangkul bahu kedua teman barunya dan berbisik “itu bisa
diatur. Baiklah, mari kita pikirkan rencana pertama” ia menaik-turunkan
alisnya. Tak lama mereka bertiga telah melenggang keluar kelas, masih dengan
posisi Baekhyun ditengah merangkul bahu Chanyeol dan Hoshi, dengan bernyanyi
riang, nyanyian yang memekikkan telinga serta menabrak siapapun yang
menghalangi jalan mereka, meninggalkan Jinhwan yang menatap kepergian mereka
dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Jinhwan....
err...” suara yang merdu memecah lamunan Jinhwan tentang sesuatu hal.
“eh? Iya Irene?
Ada apa? Ada yang bisa kubantu?” Ucap Jinhwan yang segera berdiri dan
menghampiri Irene penuh perhatian.
“kudengar
kau pintar berbahasa spanyol. Aku memiliki masalah dalam pelajaran itu. Bisakah
kau membantuku?” ucap Irene cepat. Wajahnya bersemu merah. Jinhwan tersenyum
lembut seraya bergerak duduk kembali ke kursinya.
“tentu saja.
Akan menjadi sangat berarti untuk membantu orang lain dengan pengetahuan yang
kita miliki. Tapi, aku anak rumahan yang lugu, tidak biasanya aku pergi keluar.
Jadi, maukah kita belajar dirumahku saja?” ucap Jinhwan sembari bertopang dagu,
dengan senyuman lembutnya yang masih tertuju pada Irene.
“ahh..
terimakasih Jinhwan-ahh.... tentu saja aku mau. Dimana saja boleh” ucap Irene
malu-malu.
“BERITA
HEBOH!!!!!!!! BERITA HEBOH!!!!!!!” Teriak seorang anak yang bernama Bambam yang
kini berteriak heboh disepanjang koridor. Irene dengan segera berdiri dan
memasang kembali ekspresi wajahnya yang biasa.
“Bambam! Berhenti
berteriak. Kau akan mengganggu kenyamanan kedamaian sekolah. Ada apa?” seru
Irene kesal.
“ah kau
temannya kan?” seru Bambam yang tidak mengindahkan Irene, alih-alih menarik
tangan Jinhwan yang berdiri dibelakang Irene.
“maaf?” ucap
Jinhwan tak mengerti.
“Baekhyun. Ia,
Chanyeol, dan Hoshi sedang berdiri dilapangan utama sekarang, mendongak
menghadap bendera. Mereka meledakkan ruang guru dengan bom kompos yang dirakit
oleh Baekhyun. Tempat itu sangat bau dan kotor sekarang. Tidak hanya itu,
mereka memberikan bubuk gatal pada krim kepala Shindong saem” jelas Bambam tanpa jeda sedikitpun.
Jinhwan
menutup wajahnya dengan telapak tangan kirinya. Ia tampak antara malu dan
frustasi. Irene terlihat akan meledak. Kedamaian dan ketertiban sekolah adalah
goalnya yang paling suci di dunia ini. Dia tidak akan sudi membiarkan siapapun
menghancurkan itu. Ia berjalan lebih cepat dari siswa lain yang kini telah
berbondong-bondong pergi untuk melihat Baekhyun, Chanyeol, dan Hoshi yang kini
dikenal dengan nama “Trio Trouble”.
Trio trouble
tidak nampak kecewa dan lesu apalagi merasa bersalah. Mereka terus mengobrolkan
lelucon aneh yang membuat ketiganya tertawa terbahak bahak walaupun wajah
mereka telah merah terkena sengat matahari langsung.
“kau liat si
botak gendut Shindong itu? Kurasa akan tumbuh jerawat di kepalanya. Oh astaga. Bukankah
itu akan membentuk kawah kawah serta gunung seperti bulan?” Baekhyun berkata
sembarang, yang diikuti gelak tawa oleh Chanyeol dan Hoshi.
“aku dengar
si tua Sooman memiliki bisul di pantatnya. Tidak dapat kubayangkan jika bisul
itu pecah sewaktu bom brilianmu itu meledak dan ia terjerembab ke keranjang
berkas” ucap Hoshi yang kini sedang berusaha memanjat tiang bendera.
Baekhyun
memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa. Chanyeol telah terduduk sempurna.
Tidak sanggup lagi untuk berdiri.
“oh astaga. Ayo,
para pahlawan. Hadapi takdirmu. Monster ganas jelek sedang menuju kemari. Persiapkan
dirimu! Ayo! Hadapi hidup dan matimu. Kita ada untuk membela hak asasi para
pemberontak dan perusuh!” teriak Baekhyun dramatis ketika sang kepala sekolah
botak, Shindong datang menghampiri mereka dengan sebatang rotan ditangannya. Ia
tampak sangat geram, terlihat dari caranya memukul-mukulkan rotan itu sepanjang
ia berjalan.
“Kuchiyose
no jutsu!” teriak Hoshi yang kini kepalanya telah diikat oleh pengikat kepala
berlambang Konoha, lengkap dengan gerak tangannya yang membentuk jutsu
pemanggil hewan ala Naruto tersebut.
“hiyaaaaaaa”
teriak Chanyeol yang kini berlari slowmotion ke arah Shindong
“ulululululululululuuuuu”
susul Baekhyun yang entah darimana kini telah membawa sapu ditangannya yang
dianggapnya sebagai tombak, beserta seruannya yang seperti suku pedalaman
hendak berangkat perang.
“DIAM
KALIAN!” gelegar Shindong yang langsung membuat isi sekolah terdiam. Baik itu
trio trouble maupun mereka yang menonton.
“BERDIRI
MENGHADAP TEMAN-TEMAN KALIAN. SEKARANG!” Gelegarnya lagi. Mereka bertiga dengan
wajah datar pun menghadap ratusan mata yang menanti dengan tidak sabar. Mata Baekhyun
bertemu dengan mata Jinhwan, yang jelas menampakkan ekspresi tidak senang.
PLAKKK
PLAKKK.....
Suara rotan
beradu dengan bokong trio trouble. 30 menit kemudian mereka telah kembali ke
kelas masing-masing. Chanyeol dan Hoshi kembali ke kelas 2 (5) sedang Baekhyun
kembali ke 2 (1). Mata Baekhyun bosan sekali melihat keadaan kelasnya yang
terlalu tenang, semua orang disitu hanya memiliki dua aktivitas. Belajar dan
bersikap sok high class. Kelas itu memang berisi para siswa berprestasi
gemilang di bidang akademik serta para pejabat sekolah. Jauh berbeda dengan
kelas Chanyeol dan Hoshi, yang lebih cocok baginya. Baekhyun disambut oleh
pandangan kurang senang dari orang kelasnya, karena kelas tersebut memang
berisi orang-orang yang taat peraturan dan selalu menjujung tinggi perihal
prinsip kelasnya agar selalu tertib dan disiplin. Orang-orang dikelas 2 (1)
sangat anti terhadap kelas 2 (5) yang mereka anggap anjing liar yang tidak tau
aturan. Baekhyun baru saja duduk dikursinya ketika Irene dan Jinhwan memasuki
kelas. Jinhwan tidak menegur Baekhyun. Ia menarik kursi Irene dan mempersilahkan
gadis itu duduk. Irene tidak langsung duduk. Ia terlihat geram dan menunjuk
Baekhyun.
“kau
nampaknya telah menjadi satu dari para anjing liar itu?” ketusnya sembari
menatap jijik pada Baekhyun.
“wah
sayangku yang manis. Tak kusangka gadis paling pintar disekolah ternyata paling
bodoh sehingga tidak bisa membedakan mana manusia mana anjing. Jika aku anjing
maka kau juga anjing. Karna kita sama” ucap Baekhyun sembari tersenyum polos. Polos
yang dibuat buat. Polos yang lebih ke arti menghina Irene.
“Baek
sudahlah” ucap Jinhwan malas.
“sejak kapan
kau terus membelanya daripada aku? Yang temanmu itu aku” protes Baekhyun yang kini
memasang wajah masam ke Jinhwan.
“tidak.
Jinhwan lebih senang berteman denganku. Bukan begitu, Jinhwan?” ucap Irene yang
memasang senyum sombong. “Jinhwan anak yang rapi dan disiplin. Sementara kau......” Irene menambahkan sembari menatap Baekhyun
dari atas kebawah dengan pandangan jijik. Jinhwan tidak menimpali. Ia dengan
santai meminum minuman kalengnya dan menatap papan tulis.
“oh... telah
membuat sekutu rupanya. Tapi tak kusangka. Biasanya kau berselera dengan yang
berpayudara besar. Sementara si Ratu sekolah menyebalkan ini........” Baekhyun
menatap Irene dengan tatapan meremehkan “sama sekali tidak layak untuk dijamah.
Aku ragu apakah dia seorang gadis atau papan triplek” gelak tawa nampak
terdengar tertahan oleh penghuni kelas. Irene bersemu merah. Ia mengepalkan
tangannya. Baekhyun menyeringai penuh kemenangan.
Sisa kelas
hari itu dihabiskan Baekhyun dengan bosan. Ia ingin segera pulang dan bermain
dengan Chanyeol dan Hoshi. Ketika akhirnya bunyi bel berdentang, menandakan
bahwa kelas telah berakhir, Baekhyun dengan sigap melompat dan berlari ke
koridor, mendatangi Chanyeol dan Hoshi yang telah menunggunya.
“mau makan
eskrim dulu? Biar aku yang traktir” ucap Baekhyun girang.
“Mungkin
Chanyeol saja. Ibuku telah menelepon bahwa dirinya sudah ada didepan sekolah
sekarang” ucap Hoshi penuh kesedihan.
“persoalan
ibu memang hal yang paling sulit dimengerti. Yasudah pulanglah.” Ucap Baekhyun
sembari menepuk nepuk pundak Hoshi.
Baekhyun dan
Chanyeol menikmati eskrim besar ditangan, yang ditraktir oleh Baekhyun,
ditraktir dalam kamus Baekhyun adalah mencuri. Ia dan Chanyeol memilih kedai
eskrim yang penuh antrian lalu memesan dengan sangat ribut, ketika eskrim telah
diberikan, mereka dengan sigap menjauh dari kerumunan.
Baekhyun
tengah asyik menceritakan pada Chanyeol bagaimana nenek tua tetangganya pernah
hampir terkena serangan jantung karena Baekhyun menghidupkan petasan tepat
didepan jendela kamar nenek tua malang itu. Baekhyun hampir sampai pada
kesimpulan cerita, dimana ia dimarahi habis-habisan oleh ibunya, ketika matanya
menangkap pergerakan di ujung jalan. Itu Jinhwan dan Irene, bergandengan
tangan, mencicipi eskrim juga. Chanyeol mengikuti arah pandang Baekhyun.
“aku pernah
melihat Jinhwan.” Celetuk Chanyeol.
“dia dimana
mana. Orang itu tidak pernah bisa diam dirumah” timpal Baekhyun.
“tapi aku
melihatnya malam-malam, sedang mabuk bersama seorang wanita. Malam itu aku ke
minimarket membeli susu. Aku tidak bisa tidur malam tanpa minum susu, kau tau.”
Jelas Chanyeol.
“ya ya...
itulah Jinhwan. Sisi buruknya memang begitu. Terlalu banyak bermain wanita. Aku
sudah sering menasehatinya namun ia tak menggubris. Tapi ini tontonan menarik,
kau tau...” seringai Baekhyun.
“tontonan?”
ulang Chanyeol tak mengerti.
“Ratu
sekolah menyebalkan itu akan berakhir hamil atau frustasi atau bunuh diri
karena Jinhwan tipikal orang yang senang menjamah lalu meninggalkan. Tapi kau
tidaik usah membocorkan ini kepada siapapun. Kecuali Hoshi.” Ucap Baekhyun
tajam.
“aku janji.”
Ucap Chanyeol pelan.
Baekhyun
menyeringai sembari terus menjilat eskrimnya.
“irene........
apakah kau sudah mempunyai pacar?” tanya Jinhwan memecah kesunyian...
“aku? Eh belum...........”
jawab Irene, kembali tersipu malu.
-to be
continued-