Minggu, 11 Oktober 2015

THE PRINCE VS THE DEVIL PART. 2

“kau tidak boleh seperti itu. Dia kan seorang gadis, dan tujuannya baik untuk menertibkan sekolah” Jinhwan membuka mulut ketika akhirnya ia dan Baekhyun kembali ke ruangan kelas. Baekhyun membuat gerakan mengejek dan menunjukkan bahwa dirinya sama sekali tidak berminat mendengar ceramahan Jinhwan.

“Baek.... aku bicara padamu” ucap Jinhwan sembari menghela nafas kasar.

“Baekhyun! Byun! Namamu kan?” sebuah teriakan bernada rendah dan berat terdengar dari arah pintu. Dari sana berlarian dua orang, satu orang bertelinga lancip dan berbadan besar serta tinggi, sementara satu orang lainnya bertinggi sedang, berambut putih dengan wajah seperti bayi.

Baekhyun menoleh dan tersenyum “benar sekali. Dan apa gerangan kau memanggilku, Chanyeol?” tanya Baekhyun yang kini telah melompat melewati Jinhwan dan berdiri didepan kedua orang itu, yang salah satunya dikenalinya sebagai Chanyeol, salah seorang siswa yang tadi ditegur oleh Irene di koridor sekolah.

“Namaku Hoshi!” ucap si muka bayi yang kini telah berjongkok diatas meja Tiffany dan menjulurkan tangannya ke Baekhyun, diikuti cengiran barisan gigi putihnya. Baekhyun menyambut tangan itu dengan gembira. Mereka bersalaman lama sekali, saling mengguncang tangan satu sama lain, menggaruk dan memelintir. Jinhwan mengernyitkan dahi melihat ini.

“Byun. Kupikir kau harus ikut geng kami!” seru Hoshi yang kini telah melepaskan tautan tangannya pada tangan Baekhyun.

“ya bung! Benar-benar harus. Kita harus membuat sekolah ini membantah peraturan-peraturan konyol itu.” Tambah Chanyeol bersemangat.

Baekhyun menyeringai, ia merangkul bahu kedua teman barunya dan berbisik “itu bisa diatur. Baiklah, mari kita pikirkan rencana pertama” ia menaik-turunkan alisnya. Tak lama mereka bertiga telah melenggang keluar kelas, masih dengan posisi Baekhyun ditengah merangkul bahu Chanyeol dan Hoshi, dengan bernyanyi riang, nyanyian yang memekikkan telinga serta menabrak siapapun yang menghalangi jalan mereka, meninggalkan Jinhwan yang menatap kepergian mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Jinhwan.... err...” suara yang merdu memecah lamunan Jinhwan tentang sesuatu hal.

“eh? Iya Irene? Ada apa? Ada yang bisa kubantu?” Ucap Jinhwan yang segera berdiri dan menghampiri Irene penuh perhatian.

“kudengar kau pintar berbahasa spanyol. Aku memiliki masalah dalam pelajaran itu. Bisakah kau membantuku?” ucap Irene cepat. Wajahnya bersemu merah. Jinhwan tersenyum lembut seraya bergerak duduk kembali ke kursinya.

“tentu saja. Akan menjadi sangat berarti untuk membantu orang lain dengan pengetahuan yang kita miliki. Tapi, aku anak rumahan yang lugu, tidak biasanya aku pergi keluar. Jadi, maukah kita belajar dirumahku saja?” ucap Jinhwan sembari bertopang dagu, dengan senyuman lembutnya yang masih tertuju pada Irene.

“ahh.. terimakasih Jinhwan-ahh.... tentu saja aku mau. Dimana saja boleh” ucap Irene malu-malu.

“BERITA HEBOH!!!!!!!! BERITA HEBOH!!!!!!!” Teriak seorang anak yang bernama Bambam yang kini berteriak heboh disepanjang koridor. Irene dengan segera berdiri dan memasang kembali ekspresi wajahnya yang biasa.

“Bambam! Berhenti berteriak. Kau akan mengganggu kenyamanan kedamaian sekolah. Ada apa?” seru Irene kesal.

“ah kau temannya kan?” seru Bambam yang tidak mengindahkan Irene, alih-alih menarik tangan Jinhwan yang berdiri dibelakang Irene.

“maaf?” ucap Jinhwan tak mengerti.

“Baekhyun. Ia, Chanyeol, dan Hoshi sedang berdiri dilapangan utama sekarang, mendongak menghadap bendera. Mereka meledakkan ruang guru dengan bom kompos yang dirakit oleh Baekhyun. Tempat itu sangat bau dan kotor sekarang. Tidak hanya itu, mereka memberikan bubuk gatal pada krim kepala Shindong saem”  jelas Bambam tanpa jeda sedikitpun.

Jinhwan menutup wajahnya dengan telapak tangan kirinya. Ia tampak antara malu dan frustasi. Irene terlihat akan meledak. Kedamaian dan ketertiban sekolah adalah goalnya yang paling suci di dunia ini. Dia tidak akan sudi membiarkan siapapun menghancurkan itu. Ia berjalan lebih cepat dari siswa lain yang kini telah berbondong-bondong pergi untuk melihat Baekhyun, Chanyeol, dan Hoshi yang kini dikenal dengan nama “Trio Trouble”.

Trio trouble tidak nampak kecewa dan lesu apalagi merasa bersalah. Mereka terus mengobrolkan lelucon aneh yang membuat ketiganya tertawa terbahak bahak walaupun wajah mereka telah merah terkena sengat matahari langsung.

“kau liat si botak gendut Shindong itu? Kurasa akan tumbuh jerawat di kepalanya. Oh astaga. Bukankah itu akan membentuk kawah kawah serta gunung seperti bulan?” Baekhyun berkata sembarang, yang diikuti gelak tawa oleh Chanyeol dan Hoshi.

“aku dengar si tua Sooman memiliki bisul di pantatnya. Tidak dapat kubayangkan jika bisul itu pecah sewaktu bom brilianmu itu meledak dan ia terjerembab ke keranjang berkas” ucap Hoshi yang kini sedang berusaha memanjat tiang bendera.

Baekhyun memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa. Chanyeol telah terduduk sempurna. Tidak sanggup lagi untuk berdiri.

“oh astaga. Ayo, para pahlawan. Hadapi takdirmu. Monster ganas jelek sedang menuju kemari. Persiapkan dirimu! Ayo! Hadapi hidup dan matimu. Kita ada untuk membela hak asasi para pemberontak dan perusuh!” teriak Baekhyun dramatis ketika sang kepala sekolah botak, Shindong datang menghampiri mereka dengan sebatang rotan ditangannya. Ia tampak sangat geram, terlihat dari caranya memukul-mukulkan rotan itu sepanjang ia berjalan.

“Kuchiyose no jutsu!” teriak Hoshi yang kini kepalanya telah diikat oleh pengikat kepala berlambang Konoha, lengkap dengan gerak tangannya yang membentuk jutsu pemanggil hewan ala Naruto tersebut.

“hiyaaaaaaa” teriak Chanyeol yang kini berlari slowmotion ke arah Shindong

“ulululululululululuuuuu” susul Baekhyun yang entah darimana kini telah membawa sapu ditangannya yang dianggapnya sebagai tombak, beserta seruannya yang seperti suku pedalaman hendak berangkat perang.

“DIAM KALIAN!” gelegar Shindong yang langsung membuat isi sekolah terdiam. Baik itu trio trouble maupun mereka yang menonton.

“BERDIRI MENGHADAP TEMAN-TEMAN KALIAN. SEKARANG!” Gelegarnya lagi. Mereka bertiga dengan wajah datar pun menghadap ratusan mata yang menanti dengan tidak sabar. Mata Baekhyun bertemu dengan mata Jinhwan, yang jelas menampakkan ekspresi tidak senang.

PLAKKK PLAKKK.....

Suara rotan beradu dengan bokong trio trouble. 30 menit kemudian mereka telah kembali ke kelas masing-masing. Chanyeol dan Hoshi kembali ke kelas 2 (5) sedang Baekhyun kembali ke 2 (1). Mata Baekhyun bosan sekali melihat keadaan kelasnya yang terlalu tenang, semua orang disitu hanya memiliki dua aktivitas. Belajar dan bersikap sok high class. Kelas itu memang berisi para siswa berprestasi gemilang di bidang akademik serta para pejabat sekolah. Jauh berbeda dengan kelas Chanyeol dan Hoshi, yang lebih cocok baginya. Baekhyun disambut oleh pandangan kurang senang dari orang kelasnya, karena kelas tersebut memang berisi orang-orang yang taat peraturan dan selalu menjujung tinggi perihal prinsip kelasnya agar selalu tertib dan disiplin. Orang-orang dikelas 2 (1) sangat anti terhadap kelas 2 (5) yang mereka anggap anjing liar yang tidak tau aturan. Baekhyun baru saja duduk dikursinya ketika Irene dan Jinhwan memasuki kelas. Jinhwan tidak menegur Baekhyun. Ia menarik kursi Irene dan mempersilahkan gadis itu duduk. Irene tidak langsung duduk. Ia terlihat geram dan menunjuk Baekhyun.

“kau nampaknya telah menjadi satu dari para anjing liar itu?” ketusnya sembari menatap jijik pada Baekhyun.

“wah sayangku yang manis. Tak kusangka gadis paling pintar disekolah ternyata paling bodoh sehingga tidak bisa membedakan mana manusia mana anjing. Jika aku anjing maka kau juga anjing. Karna kita sama” ucap Baekhyun sembari tersenyum polos. Polos yang dibuat buat. Polos yang lebih ke arti menghina Irene.

“Baek sudahlah” ucap Jinhwan malas.

“sejak kapan kau terus membelanya daripada aku? Yang temanmu itu aku” protes Baekhyun yang kini memasang wajah masam ke Jinhwan.

“tidak. Jinhwan lebih senang berteman denganku. Bukan begitu, Jinhwan?” ucap Irene yang memasang senyum sombong. “Jinhwan anak yang rapi dan disiplin. Sementara kau......”  Irene menambahkan sembari menatap Baekhyun dari atas kebawah dengan pandangan jijik. Jinhwan tidak menimpali. Ia dengan santai meminum minuman kalengnya dan menatap papan tulis.

“oh... telah membuat sekutu rupanya. Tapi tak kusangka. Biasanya kau berselera dengan yang berpayudara besar. Sementara si Ratu sekolah menyebalkan ini........” Baekhyun menatap Irene dengan tatapan meremehkan “sama sekali tidak layak untuk dijamah. Aku ragu apakah dia seorang gadis atau papan triplek” gelak tawa nampak terdengar tertahan oleh penghuni kelas. Irene bersemu merah. Ia mengepalkan tangannya. Baekhyun menyeringai penuh kemenangan.

Sisa kelas hari itu dihabiskan Baekhyun dengan bosan. Ia ingin segera pulang dan bermain dengan Chanyeol dan Hoshi. Ketika akhirnya bunyi bel berdentang, menandakan bahwa kelas telah berakhir, Baekhyun dengan sigap melompat dan berlari ke koridor, mendatangi Chanyeol dan Hoshi yang telah menunggunya.

“mau makan eskrim dulu? Biar aku yang traktir” ucap Baekhyun girang.

“Mungkin Chanyeol saja. Ibuku telah menelepon bahwa dirinya sudah ada didepan sekolah sekarang” ucap Hoshi penuh kesedihan.

“persoalan ibu memang hal yang paling sulit dimengerti. Yasudah pulanglah.” Ucap Baekhyun sembari menepuk nepuk pundak Hoshi.

Baekhyun dan Chanyeol menikmati eskrim besar ditangan, yang ditraktir oleh Baekhyun, ditraktir dalam kamus Baekhyun adalah mencuri. Ia dan Chanyeol memilih kedai eskrim yang penuh antrian lalu memesan dengan sangat ribut, ketika eskrim telah diberikan, mereka dengan sigap menjauh dari kerumunan.

Baekhyun tengah asyik menceritakan pada Chanyeol bagaimana nenek tua tetangganya pernah hampir terkena serangan jantung karena Baekhyun menghidupkan petasan tepat didepan jendela kamar nenek tua malang itu. Baekhyun hampir sampai pada kesimpulan cerita, dimana ia dimarahi habis-habisan oleh ibunya, ketika matanya menangkap pergerakan di ujung jalan. Itu Jinhwan dan Irene, bergandengan tangan, mencicipi eskrim juga. Chanyeol mengikuti arah pandang Baekhyun.

“aku pernah melihat Jinhwan.” Celetuk Chanyeol.

“dia dimana mana. Orang itu tidak pernah bisa diam dirumah” timpal Baekhyun.

“tapi aku melihatnya malam-malam, sedang mabuk bersama seorang wanita. Malam itu aku ke minimarket membeli susu. Aku tidak bisa tidur malam tanpa minum susu, kau tau.” Jelas Chanyeol.

“ya ya... itulah Jinhwan. Sisi buruknya memang begitu. Terlalu banyak bermain wanita. Aku sudah sering menasehatinya namun ia tak menggubris. Tapi ini tontonan menarik, kau tau...” seringai Baekhyun.

“tontonan?” ulang Chanyeol tak mengerti.

“Ratu sekolah menyebalkan itu akan berakhir hamil atau frustasi atau bunuh diri karena Jinhwan tipikal orang yang senang menjamah lalu meninggalkan. Tapi kau tidaik usah membocorkan ini kepada siapapun. Kecuali Hoshi.” Ucap Baekhyun tajam.

“aku janji.” Ucap Chanyeol pelan.

Baekhyun menyeringai sembari terus menjilat eskrimnya.

“irene........ apakah kau sudah mempunyai pacar?” tanya Jinhwan memecah kesunyian...

“aku? Eh belum...........” jawab Irene, kembali tersipu malu.


-to be continued-

Sabtu, 10 Oktober 2015

THE PRINCE VS THE DEVIL.

Bola kasti terus menerus memantul-mantul di dinding putih itu, meninggalkan bercak kehitaman disana.

“tidak bisakah kau membujuk ibumu? Kau tau sekolah itu sangat disiplin” Seorang anak muda bernama Kim Jinhwan duduk dikursi, matanya tertuju pada sahabatnya, Byun Baekhyun yang sedang menampilkan mimik muka santai dan sudah sejak setengah jam yang lalu melempark lemparkan bola kasti ke dinding. Baekhyun menggembungkan pipinya dan mengeluarkan tiupan-tiupan nafas yang mengeluarkan bunyi abstrak.

“Baek, aku serius.” Jinhwan mengernyitkan dahinya, menendang kursi Baekhyun hingga pemuda itu hampir terjungkal jika saja kakinya tidak sigap menapak lantai.

“jika kau terlalu khawatir, ikut saja pindah denganku. Kau terus menerus membicarakan itu sejak kemarin” Baekhyun berdecak heran sembari menghidupkan tapenya dan menari nari tidak jelas.

“dudududuuuuu...... someone call the doctor  nal butjapgo malhaejwo” ia bersenandung mengikuti irama musik tapenya.

Jinhwan bangkit dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Baekhyun tipikal orang yang selalu meremehkan sesuatu. Jinhwan hanya khawatir pada tingkah Baekhyun yang sangat nakal dan selalu berbuat sesuatu semaunya. Ia sudah 3 kali dikeluarkan dari SMA yang berbeda karena membolos, mengempeskan ban mobil semua guru, hampir membuat satu siswa terjatuh dari balkon karena ia mengagetkan siswa itu dengan kodok besar sungguhan.

-KEESOKAN HARINYA-

“berjanjilah kau tidak akan membuat kekacauan apapun lagi. Jika kali ini kau dikeluarkan lagi, ibu tidak akan menyekolahkanmu lagi. Ini daftar aktivitas yang harus kau lakukan. Ibu sudah mendaftarkanmu.” Baekhyun mengambil kertas yang ibunya serahkan padanya.

Basket
Vocal
Piano
Gitar
Photography
Melukis

“oh bu! Apa-apaan ini. Apakah aku harus mengikuti semuanya?” keluh Baekhyun. Wajahnya memerah karena kesal.

“harus, dan tidak ada tapi” ucap ibunya cepat ketika baekhyun baru akan angkat bicara lagi.

“6 aktivitas untuk 6 hari dalam seminggu. Setelah 3 bulan kau bisa memilih 3 diantaranya yang akan menjadi prioritas utamamu.’’ Nyonya Byun berkata dingin dan segera menyuruh Baekhyun pergi dengan berkata bahwa Jinhwan telah menunggunya di mobil. Baekhyun bergegas turun kebawah dan menghampiri sahabatnya.

“jadi mengikuti jejakku, eh?” sapa Baekhyun sembali tersenyum miring sembari masuk ke kursi penumpang ditengah. Disusul Jinhwan disampingnya.

“diamlah. Aku hanya memastikan kau tidak akan membuat masalah apapun lagi. Aku sudah berjanji pada ibumu.” Jelas Jinhwan singkat.

“ah, bersekongkol dengan ibuku rupanya. Hebat sekali kau. Tidak taukah kau betapa tersakitinya hatiku kau khianati?” ucap Baekhyun dramatis sembari menepuk-nepuk dadanya, memasang mimik wajah sedih, yang orang buta sekalipun tau bahwa hal itu hanya permainan belaka.

“berhentilah dan tutup mulutmu” ujar Jinhwan sembari memukul kepala sahabatnya tersebut, membuat Baekhyun terkekeh pelan dan bersenandung pelan.

“Beautiful girls, all over the world.. I could be chasin but my time would be wasted... They got nothin on you, baby... Nothin on you, baby... They might say hi, and I might say haii!” ucap Baekhyun yang tiba-tiba mengganti nada lagunya menjadi sebuah sapaan. Jinhwan yang mendengar kejanggalan nada itu sontak menoleh kesamping. Jendela Baekhyun telah terbuka lebar rupanya. Dan disamping mobil mereka, sebuah mobil tanpa atap berwarna pink tengah terparkir sempurna,bersama sama menunggu lampu lalu lintas menjadi hijau.

Pemilik mobil itu, seorang gadis berseragam sama seperti Jinhwan dan Baekhyun, memakai sunglasses berbingkai pink, tampak tidak mengindahkan sapaan pagi Baekhyun, membuat pemuda itu beringsut, mengeluarkan setengah badannya dari jendela dan melontarkan senyuman tolol kearah sang gadis.

“mentari terang yang mengambang diatas tambang... benderang bagai gemuruh perang... seperti itulah hatiku melihatmu wahai putri jelita” seru Baekhyun asal, yang membuat orang-orang berkedut kening dan menahan tawa. Gadis itu membuka kacamatanya, menyelipkannya keatas kepalanya seperti bando, menoleh ke arah Baekhyun dan memandangnya dengan pandangan jijik bercampur malas.

“kau pikir kau siapa berani menegurku seperti itu?” tanyanya angkuh, yang disambut Baekhyun dengan senyuman miring. Ia menggigit bibir bawahnya dan melemparkan kecupan jarak jauh pada sang gadis sembari mengerlingkan mata kirinya. Ia kembali menarik dirinya masuk kedalam mobil dan berteriak “see you in school, bae joo hyun” ketika lampu berubah hijau dan mobilnya melaju kencang.

Gadis itu mengernyitkan keningnya dan terlihat kesal. Ia terlihat sangat tidak senang. Ia bergegas memperbaiki kacamatanya dan melaju kencang dengan amarah.


Baekhyun memajukan bibir bawahnya sembari menggembungkan pipinya ketika ia dan Jinhwan duduk diruangan kepala sekolah. Ia duduk sembarangan diatas meja kepala sekolah (yang belum datang) serta dengan semaunya membuka berkas-berkas disitu serta bermain-main dengan bendera sembari menghormat penuh kejahilan.
“HORMAAAAATT” serunya lalu bergaya ala pasukan dan tertawa-tawa sendiri.

“hentikan itu, idiot. Kepala sekolah akan seg---“ tepat ketika itu pintu terbuka dan muncullah seorang lelaki paruh baya berkepala botak licin. Baekhyun mendengus menahan tawa hingga kakinya disepak oleh Jinhwan.

“aku secara khusus diminta oleh ibumu untuk mendisplinkanmu, Byun Baekhyun. Dan aku tidak akan menyerah terhadapmu.” Ucap kepala sekolah sembari menggosok-gosok telapak tangannya penuh gairah.

“baguslah. Jadi aku tidak perlu bersikap sok baik padamu” ucap baekhyun sembarang sembari menaikkan kakinya kehadapan kepala sekolah. Pria itu menahan nafas. Wajahnya menjadi setengah merah.

“huakakaka kau lihat itu, bung?” gelak Baekhyun sembari menyenggol Jinhwan. “berani taruhan si botak licin gendut ini tidak akan tahan menghadapiku bahkan untuk satu minggu” ucap Baekhyun sembarang, yang membuat Jinhwan memukul kepalanya.

“tidak apa-apa Jinhwan-sshi.” Ucap sang kepala sekolah tersenyum. “kalian bisa mulai memasuki ruangan kalian.”

“sebaiknya kau tundukkan kepalamu, pak. Kurasa aku harus bercermin untuk melihat apakah ada bekas cabe di gigiku” ejek Baekhyun sebelum akhirnya ditarik Jinhwan pergi.

Mereka tiba dikelas 20 menit setelah kelas dimulai. Guru sedang mengajarkan rumus rumit dipapan tulis ketika akhirnya berhenti, mendengar ketukan sopan Jinhwan di pintu. Mereka dipersilahkan masuk dan memperkenalkan diri.

“Namaku Kim Jinhwan. Kalian bisa memanggilku Jinhwan” ucapnya singkat yang disambut gemuruh oleh murid lain, murid-murid wanita tentu saja.

“bagaimana dengan sekolahmu sebelumnya?”

“apa id line mu?”

“apakah kau punya pacar?”

Gemuruh para gadis itu semakin memekakkan telinga.

“DIAM!” Bentak Baekhyun yang telah memasang mimik serius. “begitu lebih baik” ucapnya sok berwibawa ketika seluruh kelas telah diam.

“namaku Byun Baekhyun. Biasa dipanggil Baekhyun” ucap Baekhyun singkat. Kali ini tidak ada gemuruh apapun. Keadaan kelas sunyi.

“Baekhyun dan Jinhwan, kalian berdua duduklah dimeja paling belakang, tepat dibelakang Irene dan Tiffany.” Ucap sang guru sembari menunjuk kursi yang ditunjukkan. Baekhyun mengikuti arah tangan sang guru dan seketika tersenyum miring.

“eitss... aku disitu” sergah Baekhyun ketika Jinhwan hendak duduk dikursi dekat jendela, membuat Jinhwan memutar bola matanya dan duduk dibelakang gadis bername-tag Hwang Min Young.

Baekhyun menendang-nendang kursi didepannya, merobek robek kertas bukunya, membuatnya menjadi gumpalan-gumpalan lalu dilemparkannya kekursi depan dari bawah meja. Tiba-tiba gadis bername-tag Bae Joo Hyun didepannya berdiri, mengacungkan tangannya.

“ya, irene?” tanya sang guru.

“maaf menyela pak, bukankah akar kuadrat 3 jika dikalikan dengan 9 akan membentuk sebuah aljabar setara yang dapat disilangkan dengan pemecahan integral dasar?”  Irene tetap berkata-kata hingga 15 menit selanjutnya, membuat guru tua itu tertunduk lesu dan akhirnya bel pun berbunyi.

Jinhwan nampaknya telah menjadi akrab dengan Tiffany sehingga mengacuhkan Baekhyun dan berjalan santai keluar kelas menggandeng Tiffany.

“ckckck dasar hidung belang” ucap Baekhyun mengumpat. Ia menendang mejanya, yang membuat irene tersentak kedepan.

“hey! Hentikan itu!” ucapnya masam.

“oh maaf, aku tau kau disitu, tapi aku tidak perduli. Apa ada yang sakit? Kalau ada, syukur. Kalau tidak ada, biar kubikin ada” ucap Baekhyun sembarang sembari memasang senyumnya. Senyum yang membuat beberapa gadis lain dikelas itu memandangnya dengan gemas.

Irene memutar bola matanya dan bergegas keluar dengan kesal. Baekhyun dengan sigap mengikutinya. Irene berjalan dengan dagu terangkat, dengan sebuah buku catatan ditangannya dan beberapa kali berhenti untuk mengarahkan telunjuknya pada siswa-siswa yang tampaknya melakukan pelanggaran.

“Chanyeol! Kau melanggar peraturan sekolah nomor 4, yang mengharuskan semua baju seragam dimasukkan!” teriaknya histeris dan memandang Chanyeol dengan dahi mengernyit.

“Jaehyun! Kau melanggar peraturan sekolah nomor 78, tentang membudidayakan tersenyum!” ucapnya sembari tersenyum penuh angkuh serta mencatat catat pelanggaran setiap siswa yang didakwanya.

“berhenti disitu!” teriaknya dengan angkuh, membuat beberapa junior terhenti dan memandangnya takut.

“tenanglah, dik. Aku tidak akan menghukum mu. Aku hanya ingin tau, apakah buku ini sudah resmi kau pinjam dari perpustakaan?” ucapnya dengan tenang sembari tersenyum anggun dan menarik pelan buku dari salah satu junior tersebut serta membukanya. “ahh, kau baru meminjam hari ini. Bagus. Kau tidak boleh meminjam sembarangan tanpa menuliskan namamu. Dan ingatlah untuk mengembalikannya tepat waktu, atau kalau tidak kau akan melanggar peraturan perpustakaan nomor 14 tentang pencurian” ucapnya sembari berlalu kembali dengan dagu terangkat.

Baekhyun melihat semua kejadian itu dengan mendengus menahan tawa. Ia tersenyum lalu dengan santai berjalan sembari menarik bajunya keluar, membuka 3 kancing atas kemejanya, membuat dasinya berantakkan, dan berjalan santai mendahului Irene.

“Byun Baekhyun!” serunya. Baekhyun tersenyum lalu berbalik badan. Semua orang di koridor memasang mata mereka pada Irene dan Baekhyun.

“ya, sayangku?” ucap Baekhyun sembari melangkah kearah Irene sembari menggigit bibir bawahnya.

“kau melanggar aturan sekolah no—“

“nomor 4 tentang harus memasukkan baju dengan rapi? Oh aku tau itu, manis. Tapi bagaimana ini... tanganku baru saja terkilir dan aku tidak bisa melakukan itu. Maukah kau melakukannya untukku?” ucap Baekhyun, tersenyum mesum sembari mengangkat alisnya.

“ehey... ya, irene! Lakukanlah. Kupikir otak peraturanmu tidak akan tahan melihat baju Baekhyun berantakkan” terdengar suara Chanyeol mengudara.

“diam!” bentak Irene angkuh. “tanganmu tidak terkilir dan jangan memanggilku dengan sebutan sayang. Cepat masukkan bajumu atau aku akan memanggil bagian kesiswaan untuk mendisiplinkanmu” ucap Irene dengan dagu yang lebih terangkat.

“bagaimana jika kau saja yang mendisiplinkanku? Kita bisa mencari kamar atau gudang kosong. Kau memang harus mendisiplinkanku. Ah, maksudku, mendisiplinkan adik didalam celana ku yang terus menerus bergemuruh setiap melihat lekuk indah tubuhmu yang minta dijamah dan diremas itu” ucap Baekhyun mesum yang membuat gemuruh Chanyeol serta beberapa murid lain semakin keras.

“hahah! Hantam, bung!” teriak Chanyeol.

Wajah irene memerah. Ia mengepalkan tangannya kesal.

Bukkk............

“ugh... apa-apaan kau..” Seru Baekhyun sembari menoleh kebelakang. Ternyata Jinhwan baru saja menendang bokongnya.

“kemari. Biar aku yang mendisiplinkanmu. Tanganmu terkilir kan?” ucap Jinhwan dingin sembari menarik kerah Baekhyun.

“lepaskan.” Sergah Baekhyun jengkel. Ia menepis tangan Jinhwan dan memandang Jinhwan kesal.

“maafkan temanku, Irene. Dia memang begitu. Apa kau terluka?” ucap Jinhwan penuh perhatian sembari bergerak kearah Irene dan memandangnya lembut. Matanya dan Irene saling memandang dalam diam. Pipi Irene mendadak memerah.

“hoho, sudah cukup, Romeo. Kurasa sang Juliet ingin kembali ke tugas ‘mulia’nya dalam menghakimi seluruh isi sekolah” ucap Baekhyun dengan penekanan pada kata “mulia” yang jelas-jelas menghina.

Baekhyun menarik Jinhwan menjauh. Jinhwan tersenyum sekali lagi pada Irene lalu bergerak menjauh.

“namanya Kim Jinhwan. Dia begitu baik dan lembut serta perhatian. Saos burgerku berantakkan di pipi dan dia mengambilkan tissue untuk membersihkannya.” Celetuk Tiffany yang tiba-tiba berbisik pada Irene.

“Jinhwan...........” ucap Irene pelan...

-to be continued-