XXX-1.
Itu nama
planetku. Planet yang sudah ditempati sejak dua ribu tahun silam…
Tak banyak
yang menarik dari planetku. Planet tropis dengan hutan-hutan besar yang menawan
dan sekumpulan gunung vulkanik yang sudah tak aktif lagi. Orang-orang di
planetku, seperti kebanyakan orang di planet lainnya, terbagi kedalam 5
golongan masyarakat atau lebih dikenal dengan Faksi demi menjaga perdamaian
alam semesta.
Amity, kaum
damai yang senantiasa harmonis. Mereka sumber makanan kami. Mereka mengolah
pertanian, beternak dan sebagainya.
Candor, kaum
penegak keadilan. Mereka selalu berbicara jujur bahkan ketika kau tidak
mengharapkannya.
Abnegation,
orang-orang biasa memanggil mereka “stiff” yang berarti orang kaku. Ya, itulah
sebutan mereka. Tak mementingkan diri sendiri dan lebih senang mendahulukan
kepentingan orang lain.
Dauntless,
kaum pemberani. Orang-orang sering menganggap mereka gila, dan ya, mereka
memang gila. Kaum yang menjadi penjaga planet kami, melindungi kami dari
serangan apapun.
Dan yang terakhir
adalah Erudite, faksi dimana aku terlahir. Erudite adalah faksi dimana terdapat
orang-orang pintar yang menghargai teknologi dan penemuan-penemuan. Erudite
adalah detak jantung kehidupan bagi planet ini.
XXX-1
terbagi menjadi dua belahan bagian, dan memang rata-rata planet lain pun
demikian. Bagian utara adalah tempat kami para manusia, sedang daerah selatan
dihuni makhluk-makhluk ajaib dan para hewan yang yang bisa berbicara, yang dimasa lampau dianggap sebagai makhluk
mitos, namun di masaku, mereka disebut “zagigs”.
Karena hidup
dikalangan Erudite, aku banyak belajar tentang sejarah lampau dan perkembangan
teknologi sejak dahulu kala. Aku sering diajak ayahku menjelajah zaman-zaman
lampau dengan menggunakan mesin waktu. Mulai dari mesin waktu yang hanya bisa
kembali ke 100 tahun lampau, sampai mesin waktu versi terbaru yang mereka sebut
“Golden Time” yang bisa membawamu ke 2000 tahun yang lalu.
Aku sudah
banyak menyaksikan bagaimana kehidupan dimasa lampau, dimana keadaan dulu
jauhlah berbeda dengan sekarang. Aku tak percaya bahwa dulunya manusia hanya
hidup disatu planet dan hampir tidak pernah ditemukan zagigs. Dan dulu manusia
tidak dibagi kedalam 5 faksi dan malah menjalani hidup sembrono tanpa tau apa
jati diri mereka yang sebenarnya.
Aku bertaruh
ada banyak sekali Divergent dimasa lampau. Divergent adalah jenis manusia yang
memiliki ability untuk masuk kedalam lebih dari satu faksi. Divergent sangat
dihargai di zamanku, dulunya sempat ditantang dan dilarang, namun seiring
perkembangan zaman, Divergent dirasa perlu untuk menetralkan. Kaum Divergent
adalah para petinggi di planet XXX, planet dimana semua hal2 dari planet lain
diatur di planet ini. Jumlah keseluruhan planet adalah 6. XXX, XXX-1, XXX-2,
XXX-3, XXX-4, dan XXX-5. Dan planet XXX
adalah planet para Divergent, mereka yang menjalankan pemerintahan untuk kelima
planet lain.
Planet XXX
juga menjadi pusat pelatihan, orang masa lampau menyebutnya sebagai sekolah.
Disana, ada sebuah pusat pelatihan terbesar bernama Capitol yang menggabungkan
seluruh anak berusia 16 tahun dari semua planet untuk dilatih dan dibagi sesuai
dengan bakat mereka.
Misal, aku
terlahir sebagai seorang Erudite. Tak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya aku
berjiwa Dauntless. Maka aku akan masuk ke pelatihan Dauntless. Setelah
menjalani pelatihan selama kurang lebih 3 bulan, barulah kami dilepas ke
berbagai planet yang artinya aku bisa saja tidak kembali ke planet asalku,
namun ditugaskan ke planet lain. Itu semua tergantung pemerintah yang membagi
kami. Kakak ku yang sulung, Kaneki Daniel, ternyata adalah seorang Divergent. Ia pergi ke Capitol 2 tahun yang
lalu dan tengah menjalani pelatihan di bagian Divergent. Dia bilang itu sangat
susah, karna kau harus mengikuti pelatihan dari semua aspek faksi.
Aku sangat
berharap aku tak memiliki nasib yang sama sepertinya. Namun, aku agak sedikit
ragu akan diriku. Aku penyuka alam, aku memiliki banyak teman zagigs. Kaum
zagigs yang paling banyak menjadi temanku adalah para faun dan beberapa satyr.
Aku suka menjelajah alam dengan mereka, dan aku type yang suka berdebat jika
ada sesuatu yang kurasa tidak benar dan patut untuk dibenarkan.
Namun, akupun memiliki jiwa erudite, dimana diumurku
yang kesepuluh, enam tahun yang lalu, aku menciptakan sebuah robot mini dan
melengkapinya dengan otak buatan yang disadur dan diolah ulang dari otak ku,
dimana otak ini bertumbuh setiap tahunnya. Setahun sekali ia bertumbuh dengan
pemikiran 5 tahun. Sebagai contoh, ketika pertama kali dibuat, ia berpikiran
seperti bayi. Setahun kemudian, ia berpikiran layaknya anak umur 5 tahun,
setahun kemudian lagi, berpikiran layaknya anak umur 10 tahun, yang membuatnya
bisa berbicara dan berpikir, serta memiliki pemikiran dan sifat yang sama
sepertiku.
Dan tentu
saja, ia lebih dewasa dariku. Pemikiran otaknya sekarang sudah menginjak usia
30 tahun, dimana aku yang asli masih berpikiran 16 tahun, walaupun bentuk tubuh
kami sama. Ia akan terus begitu, aku sengaja membuat postur tubuhnya seperti
pria umur 20 tahun karena dia tidak bisa bertumbuh. Dia tidak akan bisa mati,
kurasa. Kecuali jika otaknya diambil dan tubuhnya dihancurkan. Aku menamainya Rob. Rob adalah kawan setiaku..
aku hanya tinggal mengisinya dengan listrik sebulan sekali selama 5 jam, dan
dia bisa menjadi temanku untuk selamanya. Rob juga bukan robot kaku yang tidak
bisa bergerak bebas. Rob memiliki tubuh seperti manusia. Jiwa seniku terpancar
disini, dimana aku merancang Rob sedemikian rupa dengan lilin. Dengan kata
lain, Rob adalah manusia lilin yang sebenarnya robot, namun hidup. Ayahku
sempat terperangah dan menawarkan untuk memamerkan penemuanku dihadapan dewan
Divergent, namun aku menolak. Kurasa, ini belum waktunya.
Besok adalah
hari keberangkatanku ke XXX, dimana aku akan menjalani pelatihan dan mengetahui
apa jati diriku yang sebenarnya. Aku banyak berdiam diri selama seminggu
terakhir ini, sibuk dengan pemikiran tentang apa yang akan kuhadapi besok. Aneh
rasanya, aku akan segera berpisah dengan kedua orangtuaku untuk jangka waktu
yang tidak sebentar. Ayahku memberikan petuah-petuah penting tiap malam,
mengingat keberangkatanku sudah didepan mata.
Malam ini
aku duduk didepan jendela kamarku, memandang kosong kearah selatan, sayup-sayup
terdengar suara Rob dan ayah sedang berbincang. Aku tak peduli. Besok adalah
hari besarku. Tak lama, pintuku terbuka. Pintu di rumah2 di zaman kami adalah
apa yang orang masa lampau sebut sebagai pintu lift.
“tangkaplah
ini” ucap Rob sembari melemparkan sebiji apel merah ke arahku. Aku menangkapnya
dengan sigap.
“kau yakin
tak ingin ikut?” ucapku sembari menggigit apel tanpa menoleh kearahnya
“aku sudah
tua dan kau tau itu, Sam” ujarnya terkekeh
“kau baru berusia
6 tahun”
“itu
kesalahanmu menciptakan aku dengan pertumbuhan otak yang pesat”
“ikutlah
denganku”
“mereka akan
tau aku bukan manusia. Pelatihan itu untuk manusia”
“jadi kemana
kau akan pergi setelah aku tak ada disini?”
“kemana?
Hey, apa yang kau pikirkan?” Rob melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku
“aku tak
akan kemana-mana. Aku akan tinggal disini menemani ibu dan ayah karena kedua
putranya pergi menjalani pelatihan” jelasnya kemudian.
“benarkah
begitu?”
“ya. Kau
pikir aku sedang berbohong?”
“tampaknya
begitu” jawabku menahan tawa, yang disambut lemparan bantal oleh Rob.
“jangan
khawatir. Aku akan tetap mengunjungi tumnus si faun dan para satyr di selatan.”
Jelas Rob serius. “yang harus kau lakukan hanyalah menjalani kehidupan yang
baik di pelatihan dan kelak kau harus berusaha agar ditempatkan kembali di
planet ini, karena kau satu-satunya harapan. Kakakmu sudah pasti tidak akan
kembali” tegas Rob
Aku sekali
lagi melayangkan pandanganku ke luar jendela, tak berbicara selama beberapa
menit, sibuk berkecamuk dengan pikiranku sampai akhirnya….
“aku pasti
akan kembali, Rob. Jagalah semua yang aku miliki sampai waktunya aku kembali”
jelasku mantap
“kalau
begitu, tidurlah. Kau memerlukan tenaga extra untuk besok” ujar Rob yang disambut
anggukan dariku.
Rob bukan
makhluk yang bisa tidur. Ia hanya akan tertidur sekali sebulan ketika energinya
diisi atau ketika energinya habis. Rob tidak bernafas dan tidak makan minum.
Sumbernya hanya dari energinya. Semua inderanya melebihi manusia normal, karna
waktu membuatnya, aku mencapur adukkan serum vampire, werewolf, centaurs,
unicorn dan beberapa zagigs lain di selatan yang kudapatkan dengan Cuma-Cuma
karena telah menolong mereka dalam suatu hal kala itu.
Aku bangun
dengan kekuatan setengah pagi itu. Malas rasanya aku beranjak dari tempat
tidurku. Rob memercikkan air dingin ke wajahku yang membuatku terperanjat
“apa yang
kau lakukan, bodoh?” semprotku
“hahaha… aku
bertaruh kau akan masuk Dauntless. Sebaiknya ada pemanasan sedikit, bung” gelak
tawanya memenuhi kamar.
Aku
menggelengkan kepalaku, mengambil cepat handuk putih di gantungan dinding dan
melesat cepat ke kamar mandi.
Jalanan
jalur udara pagi ini memang padat, tak seperti hari biasa terutama jalur ke
bandara antar-planet. Mobil terbang
ayahku melesat mendahului para pengendara mobil terbang lainnya. Mobil terbang
ayahku sudah di-upgrade dengan tenaga super keluaran terbaru yang membuatnya
lebih cepat dari yang lain.
Aku turun
dari mobil dengan was-was, kupandangi satu-satu wajah anak2 seusiaku dan
rata-rata mereka ber-ekspresi sama seperti diriku. Rob menyenggol siku ku dan
menegaskan bahwa semua akan baik2 saja dari sorot matanya.
Sejam
lamanya kami menunggu hingga tiba waktunya untuk diriku pergi. Ibu memelukku
dan mengecup pipiku, yang sebenarnya tidak terlalu kusukai karna aku ini anak
laki-laki dan ayahku merangkulku erat, ada kecemasan tersirat dari matanya
namun ia tutupi dengan senyuman. Sementara Rob hanya menyeringai, menjotos bahu
kananku dan mengucapkan beberapa salam perpisahan.
Aku beranjak
namun memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu, sesampainya di toilet, ada
sebuah tangan yang mencegat lenganku, aku menoleh, dan itu Rob.
“apapun yang
terjadi, jangan biarkan dirimu masuk Divergent.” Ucapnya tegas.
“apa
maksudmu? Aku tidak mungkin seorang divergent” bantahku
“aku memang
terbuat dari otakmu, namun aku lebih pintar darimu. Kau tau itu” sombongnya.
“memangnya
kenapa jika aku divergent?” tanyaku malas
“aku tidak
bisa memberitaumu. Intinya jangan” ucapnya seraya melepaskan lenganku dan
beranjak pergi
“that was
weird” pikirku heran namun aku menganggap itu hanya salah satu dari keanehan
Rob yang tidak patut dipermasalahkan.
Aku
mendudukkan diriku di ruang tunggu yang dipenuhi anak-anak sebayaku. Ada
beberapa anak amity yang menangis karena perpisahan dengan orang tuanya, aku
tak memperdulikan itu. Aku menyilangkan tanganku didada, menyandarkan
punggungku ke kursi dan memejamkan mataku. Aku hampir mencapai mimpiku ketika
merasa ada suatu suara yang berbicara padaku, tepat disebelahku.
“Hey, aku
memperhatikanmu sedari tadi. Siapa namamu?”
Aku tak
membuka mataku namun tetap menjawabnya “apakah penting untukmu mengetahuinya?”
“ishh… aku
hanya berpikir mungkin kita bisa menjadi teman sehingga tidak susah nanti jika
sampai disana” gerutunya.
Aku membuka
mataku, menoleh malas ke arahnya kemudian memutar bola mataku. Seorang gadis
amity berwajah imut namun tersirat kecerewetan dari wajahnya sedang memandangiku
penuh harap.
“aku tak
berencana untuk memiliki teman” ucapku santai sembari memperbaiki cara duduk
ku.
“ayolah.
Manusia itu makhluk sosial. Kau tidak akan bisa hidup tanpa teman” sergahnya
“I don’t
think so”
“ishhh
ayolah… namaku Sara” ucapnya dengan senyuman
“okay, Bree.
Kau lihat? Disana…” ucapku sembari menunjuk ke beberapa gadis abnegation dan
candor. “dan disana” aku menunjuk lagi
pada kumpulan gadis dauntless. “jika kau
ingin memiliki teman dari faksi berbeda, datanglah pada mereka. Aku bukan orang
yang tepat” jelasku sembari kembali ke posisi awalku dan memejamkan mata.
Kudengar ia
mendengus kesal dan beranjak pergi. Tak lama kemudian, kami diperintahkan untuk
memasuki kapsul. Aku memasuki kapsulku dan duduk disana sembari mengeratkan
tali sabuk ke pinggangku. Didalam kapsul tersebut ada sebuah layar proyektor
yang menganalisis data pribadiku, tak lama kurasakan kapsul itu beranjak dan
melesat, tapi aku tak merasakannya. Rasanya sama seperti berada di mobil
terbang, hanya saja, di kapsul lebih sempit. Aku semakin naik tinggi keatas,
sejenak aku melihat kebawah, planetku sangat indah dilihat dari atas sini. Aku
tersenyum simpul dan tiba-tiba merasa rindu pada tanah selatan tempatku
bermain. Aku memilih untuk tidak berlarut dalam rindu hyperbola dan memilih
untuk memejamkan mataku dan menghabiskan perjalanan ini dengan tidur.
Rasanya
sudah sehari lamanya ketika kami sampai di planet XXX. Tidak, aku tidak tidur
selama di perjalanan. Aku sibuk menikmati pemandangan angkasa luar,
memperhatikan komet besar berlalu lalang, melihat bintang yang sesungguhnya,
dan melihat beberapa kapsul lain yang lebih berbentuk seperti piringan terbang berlalu lalang melewati blackhole. Aku pernah
melewati blackhole sebelumnya. Dari situlah perjalanan menembus waktu dimulai.
Aku mempelajari bahwa manusia zaman lampau menanggapi blackhole adalah sesuatu
yang mengerikan. Namun di zamanku,blackhole itu berharga. Ada banyak blackhole
yang bergerak bebas di angkasa luar, dan masing2 dari mereka sudah dikendalikan
oleh system teknologi masa kini dimana satu blackhole ditentukan bisa kembali
ke masa lampau dengan kurun waktu berapa tahun. Orang masa lampau menyebut kami
alien dan mereka menggambarkan alien dengan gambaran yang sangat buruk padahal
mereka belum pernah melihat langsung. Kami memang biasanya melakukan pendaratan
di pulau atau bagian laut terpencil agar tidak terdeteksi.
Aku keluar
dari kapsulku, ada banyak sekali kapsul yang mendarat, tak terhitung banyaknya.
Kepalaku terasa sakit melihat keramaian itu. Aku benci keramaian.
“hey. Kau
erudite? Dari planet mana?” seseorang menepukku. Aku menoleh, ia seorang
dauntless. Lelaki yang memiliki postur sama sepertiku namun ia tak lebih tampan
dariku.
“XXX-1”
jawabku singkat.
“ah, namaku Ten. Panjangnya Zouche Ten. Dauntless, planet XXX-5” jelasnya.
Aku
mengangguk tanda mengerti dan kami berjalan bersamaan menuju sebuah hall dimana
kami akan diberikan instruksi tentang kegiatan selanjutnya.
“aku pikir
akan lebih bagus memiliki teman dari planet dan faksi berbeda. Orang planetku
membosankan” ucap Zoe ditengah sang pemberi instruksi tengah memberikan
penjelasan bahwa kami akan segera dibawa ke Capitol dan mengikuti aptitude
test.
“aku bukan
orang yang suka memiliki banyak teman” ucapku santai.
“begitu juga
denganku. Aku menegurmu karna kau mirip salah satu teman faunku”
“kau
berteman dengan kaum zagigs?”
“ya. Mereka
menyenangkan”
“kau tau?
Kupikir kita bisa menjadi teman” ucapku lalu tersenyum simpul.
Ten tersenyum dan memberiku high five dan aku membalasnya. Kami melanjutkan
mendengarkan instruksi.
“Berhati
hatilah dan jangan berbohong tentang apa yang kau dapat di testmu. Kau harus
masuk berdasarkan apa yang menjadi hasilmu” Wanita Divergent setengah baya itu
mengakhiri pidato instruksinya dengan senyuman hangat.
“kalian tau?
Namanya Tris. Lengkapnya Beatrice Prior. Nenek moyangnya bernama sama, dan
hidup di zaman ketika Divergent masih dilarang. Nenek moyangnya dulunya
terlahir sebagai seorang Abnegation”
Seorang
laki-laki Candor memberi penjelasan pada Ten dan aku tanpa diminta. Posturnya
lebih pendek dari aku dan Ten. Ten terlihat tak berminat pada penjelasannya dan
memilih mengabaikannya. Namun aku, yang punya rasa tertarik akan hal-hal masa
lampau, memperhatikan anak candor itu.
“kau tau
dari mana?” tanyaku
“namaku Six”
“apakah aku
menanyakan itu?”
“tidak. Aku
hanya ingin memberitau”
“dan apa
yang membuatmu berpikir aku ingin tau?”
“apa kau
mengajakku berdebat?”
“bukan itu
maksudku.”
“lalu apa?”
Aku memilih
untuk diam dan berhenti berbicara padanya. Ten memberikan pandangan
“itulah-sebabnya-aku-tak-mau-memperhatikannya”
padaku
Kami
bergerak menuju kapsul terbang yang akan membawa kami ke capitol. Kapsul ini
sangat besar dan cukup menampung semua anak. Kami berjalan ke arahnya, aku dan Ten memperbincangkan masing2 planet kami dan Six memotong pembicaraan dengan
info2nya seperti “mereka membuat kapsul itu selama dua tahun” atau “kau tau? Kebanyakan anak peserta pelatihan
tahun ini dari planet XXX-3 dan aku berasal dari sana”
Seseorang
lewat disamping kami dan menjitak kepala Six dari belakang. “berhentilah
mengigau dan mengganggu orang lain” ucapnya dengan suara berat lalu berjalan
mendahului kami. Posturnya lebih tinggi sedikit dariku, badannya berbentuk
dipenuhi tattoo dan piercing.
“aisshh
namanya Arthur. Dauntless dari planet XXX-4. Terkenal sebagai preman dan biang
keributan” jelas Six sembari memegang kepalanya.
“bukankah
kau mengatakan jika kau dari planet XXX-3? Bagaimana bisa kau mengenalnya?”
Tanya Ten pada Six
“aku ini
Six. Tak ada yang tak kuketahui” jawabnya sembari mengedipkan mata, membuat aku
dan Ten berpandangan satu sama lain lalu melanjutkan perjalanan menuju kapsul.
Aku dan Ten duduk bersebelahan sementara Six duduk disebelah seorang gadis cantik berwajah
oriental. Dia seorang Abnegation. Aku memandangi gadis itu cukup lama,
senyumannya seolah menghipnotis diriku, sampai aku tersadar karena Ten menepuk
pundakku “kau mau memesan sesuatu? Aku ingin memesan burger. Kau tau perjalanan
tadi menyebabkan lapar” tawar Ten
“ah, aku
pesan soda saja. Aku tidak terlalu lapar” balasku
“baiklah”
ucapnya singkat sembari beranjak dari kursinya dan menuju ke belakang, memesan
sesuatu dari bar kapsul.
Aku melirik
sebentar ke arah gadis tadi dan betapa terkejutnya aku karna ternyata dia
sedang menatapku. Aku berpura-pura melihat keluar jendela kapsul dan tak
mempedulikannya.
“aku tau kau
memperhatikannya. Minggirlah, aku punya sedikit nasehat” Ten datang dan
menyodorkanku sekaleng soda dan kembali duduk ditempatnya.
“suka boleh,
tapi jangan kau tunjukkan perasaanmu didepannya. Nanti dia besar kepala” ucap Ten sembari mengunyah burgernya
“apa
maksudmu? Aku tak menyukai siapapun” sangkalku santai
“benarkah?” Ten menyeringai mengejek dan kembali memakan burgernya “baiklah” ucapnya
kemudian.
Aku hanya
menggeleng dan menyandarkan punggungku, berusaha melelapkan mataku.
Entah berapa
lama aku tertidur sampai pundakku digoyang oleh Ten. Aku membuka mataku dan ia
memberitahu bahwa kami telah sampai di Capitol.
Aku menuruni
tangga kapsul dan mengedarkan pandangan melihat sekitar. Dan sejauh mataku
memandang, hanya ada keramaian dengan anak2 dari faksi yang beragam. Aku
sungguh tidak menyukai situasi ini. Ingin rasanya aku berkelana seorang diri ke
dalam hutan atau ke puncak gunung, dimanapun aku bisa tentram dan damai tanpa
gangguan keributan yang disebabkan oleh sekumpulan orang yang tak kukenal.
Kami sekali
lagi dikumpulkan disebuah hall besar dimana kami dipisahkan menjadi 5 kumpulan
berdasarkan faksi kami. Ten terpisah dariku, tentu saja. Kini aku seorang diri,
tak berbicara pada siapapun.
“jadi kau
hanya perlu menambahkan beberapa bubuk ch2-m23 pada airnya, setelah itu kau
campurkan beberapa tetes aluminium cair. Aku yakin itu akan berhasil, Lith”
Aku
mendengar percakapan dua orang gadis erudite dibelakangku. Entah apa yang
sedang mereka perbincangkan namun kurasa itu berhubungan pada pembuatan lem
yang sampai akhir kiamat pun tidak akan terlepas. Aku pernah membacanya namun
aku tak yakin itu yang mereka perbincangkan. Sudahlah, aku tak ingin peduli.
Antrian
sangat panjang dan aku kira2 harus bersabar sampai 20 orang didepanku masuk.
Aku memandangi sekitar. Disebelah kananku terdapat antrian dauntless dan
disebelah kiriku antrian abnegation. Benar-benar membosankan mengantri seperti
itu. Aku memasang raut wajah kesal sembari menginjak-injakkan kakiku ditanah
secara pelan namun kasar. Tak terasa waktu berjalan sehingga tibalah saatnya
bagiku untuk masuk. Sejenak aku teringat kembali kejadian aneh yang Rob lakukan
ketika di bandara, namun aku tak mengambil pusing akan hal itu. Aku masuk dan
aku bertemu seseorang.
“namaku
Eric. Aku ditugaskan untuk membantumu mengetahui apa jati dirimu. Silahkan
duduk” lelaki bersuara berat dengan tattoo dan piercing serta baju khas dauntless
itu menghentakkan dagunya mengisyaratkan aku untuk duduk disebuah kursi.
Aku membuka
jaket biruku, dan menaiki kursi yang agak tinggi itu. Ia kemudian memberiku
sebuah cairan didalam botol krystal bening. Aku tak sibuk bertanya apa itu. Aku
hanya minum dan seketika memejamkan mataku.
Ketika aku
membuka mata, aku tengah berada di sebuah padang rumput yang terbakar dan aku
terikat disebuah pohon besar dengan singa lapar didepanku. Test ini sangat
tolol, kurasa. Sejak kapan singa berani dengan api? Sejauh yang pernah kubaca,
predator manapun itu takut dengan api. Aku menggelengkan kepalaku sembari
tertawa kecil, diam dan tak melakukan apapun.
Aku tau ini hanya ilusi, aku tidak mungkin dimakan oleh singa dan terbakar
oleh api. Ini semua hanya permainan yang mereka atur sedemikian rupa didalam
otakku. Api semakin memperkecil jaraknya dan singa semakin dekat denganku, lalu
tiba2 aku sudah memegang sebuah cutter coklat ditanganku. Baiklah, kurasa ini
saatnya bermain.
Tali itu
terlihat sangat kuat dan tebal, namun ketika aku menggoreskan cutter itu dengan
sedikit kesulitan, tali itu terbuka dengan mudah layaknya sebuah kertas yang
digores cutter. Tanganku terlepas. Selanjutnya, apa yang kulakukan? Singa itu
terlihat sangat lapar dan semakin maju kehadapanku. Aku memandangi pohon, tak
niat untuk memanjatinya. Aku melangkahkan kakiku ke daerah yang terbakar dan
aku terlunjak. Bodoh! Apakah ini benar-benar ilusi? Kenapa rasanya sakit?
Kurasa aku tak punya pilihan lain. Api semakin mengecil dan kini aku tersudut.
Sebentar lagi api ini akan memakan satu2nya pohon ini. Aku mengambil tindakan
memanjat pohon. Ketika sampai dipuncak, aku melihat ada area tidak terbakar
diluar lingkaran api. Sekali lagi, test ini bodoh. Akupun menunggu diatas pohon
hingga api itu mencapai ke lingkaran paling terkecil, singa tadi sudah entah
kemana. Mungkin terbakar.
Ketika api
sudah mencapai lingkaran terkecil dan akan melahap pohon, aku segera melompat
dan tiba2 sekarang aku berada ditengah tengah jembatan yang rapuh. Disebelah kananku
terdapat jurang, dan disebelah kiriku air terjun raksasa yang terlihat
mematikan. Di masing2 ujung jembatan ada sebuah bangunan rapuh. Kurasa aku
tidak akan repot2 kesana. Sekali lagi aku menegaskan pada diriku bahwa test ini
bodoh dan tidak nyata. Aku mengambil nafas panjang dan memilih meloncat ke
jurang dan menutup mataku. Ketika aku membuka mata, aku kembali berada di
ruangan dimana aku diberi cairan tadi dan Eric mengatakan bahwa test ku telah
selesai.
“lalu? Apa
hasilnya?” tanyaku datar
“Dauntless,
Erudite dan Amity” jawabnya singkat
“Divergent?”
“kurasa
begitu”
“bisakah kau
memberikan penjelasan mengenai test itu?”
“aku disini
untuk membantumu menemukan jati dirimu, bukan menjawab rasa ingin taumu.
Sekarang keluarlah” jawabnya ketus.
“Bagaimana
jika aku tidak ingin masuk divergent? Apakah aku bisa hanya memilih salah satu
faksi saja?” tanyaku dengan nada agak ditinggikan
“otakmu
terbuat dari apa? Aku tau Daniel adalah
orang tolol namun tak kusangka adiknya jauh lebih tolol dan bersikap seperti
bayi. Kenapa? Kau takut? Kalau takut sebaiknya tak usah ikut pelatihan ini
sedari awal. Feel free to go home” jelasnya ketus.
Aku tak
ingin berkata-kata lagi. Berlama-lama disana hanya akan membuat tinjuanku
melayang ke wajahnya. Aku tak repot2 memikirkan kenapa ia bisa tau kakak ku.
Golongan divergent memang terkenal dan wajar jika ia tau kakak ku.
Aku keluar
dan Ten sudah menungguku di pintu keluar. Wajahnya mengisyaratkan bahwa ia
ingin tau apa hasil testku.
“Divergent”
ucapku singkat.
“tenanglah.
Kau tidak sendiri” ucapnya optimis sembari menepuk2 pundakku
“kau
divergent?”
“ya. Aku
bisa masuk abnegation, dauntless dan amity. Yang pasti otakku tak pintar untuk
masuk erudite. Hahah”
“kenapa? Kau
menolong singa itu?”
“apakah test
kita sama?”
“kurasa
begitu”
“dan memang
begitu sepertinya”
“jadi?”
“apa?”
“kau
menolong singa itu?”
“tidak… tapi
aku menaklukan singa itu dan menungganginya hingga kami bisa keluar dari api”
“oh begitu”
“bagaimana
denganmu?”
“kau tidak
perlu tau”
“ayolah.”
Akupun
memberitahunya bagaimana aku menghadapi test ilusi tadi. Kami berbincang banyak
soal itu sampai tiba saatnya nama kami dipanggil untuk langsung diantar ke tiap
distrik sesuai dengan faksi. Ada Distrik Erudite, Distrik Dauntless, Distrik
Candor, Distrik Abnegation, dan Distrik Amity.
Dan untuk para Divergent, kami akan tetap stay di Capitol karena
nantinya kami akan mengunjungi semua distrik secara bergantian. Benar-benar
melelahkan dan membosankan.
Ada beberapa
nama yang kukenal yang masuk ke golongan divergent. Ten, Arthur, Six, dan Sara.
Jika faksi lain rata-rata mencapai 50orang, maka kelompok divergent tak lebih
dari 20. Ketika faksi lain sudah sibuk naik ke kapsul dan siap diantar ke
distrik pelatihannya, kami hanya bisa memandangi mereka dan tetap bertahan
berdiri di hall sampai ada instruksi yang menyebutkan kami harus kemana.
Setidaknya ada 1 yang bisa menjadi penyemangatku saat ini. Gadis itu pun
seorang Divergent.
Seorang
inspektur datang dan memberikan pengarahan kepada kami dan aku tau betul
wajahnya. Kakak ku. Daniel.
“namaku
Daniel. Aku akan menjadi pelatih kalian selama 12 minggu kedepan. Ada banyak
hal yang akan kalian pelajari karena kalian istimewa. Sekarang kalian akan
dibawa oleh kapsul itu” ujarnya sembari menunjuk sebuah kapsul mewah. Hampir
semua dari kami membuka mulut melihat betapa megahnya kapsul itu. “ya aku tau,
kalian memang diistimewakan, namun beban kalian tidaklah mudah. Aku harap
mental kalian bukan mental bayi. Sekarang pergilah kesana. Disanalah kalian
akan hidup selama 12 minggu kedepan. Didalam kapsul itu sudah tersedia
dormitory. Lelaki dan perempuan dipisah. Ada ruang baca, ruang berlatih, café,
kantin 24 jam, dan ruangan untuk baju2 yang kalian butuhkan. Tidak ada faksi
lain yang diperlakukan seperti ini jadi berbanggalah. Namun saranku adalah,
jangan sombong karena kesombongan adalah yang paling berpotensi membunuhmu”
jelasnya lalu mengisyaratkan kami untuk segera pergi ke kapsul.
Aku baru
akan naik ke tangga kapsul ketika kuingat ada sesuatu yang ingin kutanyakan
kepada Daniel. Aku menyuruh Ten untuk duluan dan aku kembali ke hall, ia tak
ada disana. Akupun pergi kesebuah base dan tak sengaja mencuri dengar sesuatu.
“apakah
semakin parah?”
“ya… kurasa
pasukannya sudah bergerak dan sebentar lagi pasti meluncurkan serangan. Satelit
menangkap pergerakan dari laut merah di utara, tapi tak terdeteksi sempurna.
XXX adalah tujuan utama”
“mereka
harus sesegera mungkin dikirim untuk menyelesaikan ini”
“ya, aku
berencana memperpendek kurun waktu pelatihannya namun kurasa itu akan
menimbulkan kecurigaan”
“aku benar2
menaruh harapan besar pada Divergent. Kudengar Divergent tahun ini semuanya
berbakat.”
“aku merasa
bersalah karena menempatkan mereka seperti seekor sapi yang dibesarkan tapi
akhirnya dibunuh. Tapi bagaimanapun………….”
Aku berusaha
mendengar lebih seksama lagi ketika sebuah tangan menepuk pundakku. Aku
terkaget dan reflex menoleh, membuat wajah terkejut.
“apa yang
kau lakukan disini, bukannya ke kapsul” itu Daniel.
“kemana saja
kau?” tanyaku sembari berusaha mengatur nafasku
“apa yang
kau lakukan disini?”
“banyak yang
ingin kutanyakan padamu”
“aku tak
punya waktu untuk itu. Pergilah ke kapsul. Nanti aku menyusul” katanya sembari
mulai melangkahkan kakinya namun aku dengan sigap mencengkeram lengannya
“apakah kami
akan berlatih perang?” tanyaku serius
“kurasa
tidak. Kalian memang akan berlatih bersama dauntless namun tidak dibagian
perang”
“lalu,
apakah faksi lain juga akan belajar berperang?”
“tidak, tidak
pernah seperti itu, kecuali mungkin Dauntless. Itupun hanya peperangan tahap
dasar”
“lalu----”
aku menghentikan omonganku
“apa?”
“tidak.
Tidak apa2… aku akan ke kapsul sekarang. Kau tidak perlu mengunjungiku. Tidak
ada alasan bagi kita untuk mengenal satu sama lain disini”
“apa
maksudmu, dude? Hey”
Aku tak
mengindahkan Daniel. Aku pikir akan lebih baik jika aku menjaga jarak darinya.
Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi dan aku berpikir mungkin
saja Daniel ikut andil dalam ketidakberesan ini dan sepertinya akan lebih aman
untukku jika aku tetap menutup mulutku dan mencari sendiri ada apa dibalik
ketidak –beresan ini.
Aku
mendatangi Daniel dengan maksud memperoleh jawaban-jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seputar pelatihan
yang akan kuhadapi, namun akibat insiden mencuri dengar yang tidak sengaja kulakukan tadi, bukannya mendapat jawaban, aku
malah mendapat pertanyaan.
1)
Mengapa mereka berbicara soal pasukan, padahal
tidak ada pelatihan perang yang akan kami hadapi? Kalaupun ditujukan untuk
Dauntless, mengapa Dauntless tidak disebutkan?
2)
Mengapa mereka membuat kiasan seolah-olah
Divergent akan mati dalam waktu singkat?
3)
Ada apa dengan perihal penyingkatan kurun waktu
pelatihan yang akan menimbulkan kecurigaan? Kecurigaan dari pihak siapa yang
mereka antisipasi? Apa dampak yang akan ditimbulkan dari kecurigaan itu?
4)
Pasukan jenis apa yang sampai satelit tidak
mampu mendeteksinya?
Aku
menegapkan jalanku sembari terus mengulang-ngulang pertanyaan itu di otakku.
Aku type orang yang selalu ingin tau segala hal, mungkin itu sebabnya aku
terlalu memusingkan ini. Namun 1 yang pasti, sesuatu yang aku curigai, tidak
pernah meleset. I’ll find out the anwers soon.
-TO BE
CONTINUED-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar