Minggu, 04 Januari 2015

DIE OR WIN [CHAPTER 1 : CURIOUS]



XXX-1.
Itu nama planetku. Planet yang sudah ditempati sejak dua ribu tahun silam…
Tak banyak yang menarik dari planetku. Planet tropis dengan hutan-hutan besar yang menawan dan sekumpulan gunung vulkanik yang sudah tak aktif lagi. Orang-orang di planetku, seperti kebanyakan orang di planet lainnya, terbagi kedalam 5 golongan masyarakat atau lebih dikenal dengan Faksi demi menjaga perdamaian alam semesta. 

Amity, kaum damai yang senantiasa harmonis. Mereka sumber makanan kami. Mereka mengolah pertanian, beternak dan sebagainya.

Candor, kaum penegak keadilan. Mereka selalu berbicara jujur bahkan ketika kau tidak mengharapkannya.

Abnegation, orang-orang biasa memanggil mereka “stiff” yang berarti orang kaku. Ya, itulah sebutan mereka. Tak mementingkan diri sendiri dan lebih senang mendahulukan kepentingan orang lain.

Dauntless, kaum pemberani. Orang-orang sering menganggap mereka gila, dan ya, mereka memang gila. Kaum yang menjadi penjaga planet kami, melindungi kami dari serangan apapun.

Dan yang terakhir adalah Erudite, faksi dimana aku terlahir. Erudite adalah faksi dimana terdapat orang-orang pintar yang menghargai teknologi dan penemuan-penemuan. Erudite adalah detak jantung kehidupan bagi planet ini.

XXX-1 terbagi menjadi dua belahan bagian, dan memang rata-rata planet lain pun demikian. Bagian utara adalah tempat kami para manusia, sedang daerah selatan dihuni makhluk-makhluk ajaib dan para hewan yang yang bisa berbicara,  yang dimasa lampau dianggap sebagai makhluk mitos, namun di masaku, mereka disebut “zagigs”.

Karena hidup dikalangan Erudite, aku banyak belajar tentang sejarah lampau dan perkembangan teknologi sejak dahulu kala. Aku sering diajak ayahku menjelajah zaman-zaman lampau dengan menggunakan mesin waktu. Mulai dari mesin waktu yang hanya bisa kembali ke 100 tahun lampau, sampai mesin waktu versi terbaru yang mereka sebut “Golden Time” yang bisa membawamu ke 2000 tahun yang lalu.

Aku sudah banyak menyaksikan bagaimana kehidupan dimasa lampau, dimana keadaan dulu jauhlah berbeda dengan sekarang. Aku tak percaya bahwa dulunya manusia hanya hidup disatu planet dan hampir tidak pernah ditemukan zagigs. Dan dulu manusia tidak dibagi kedalam 5 faksi dan malah menjalani hidup sembrono tanpa tau apa jati diri mereka yang sebenarnya.

Aku bertaruh ada banyak sekali Divergent dimasa lampau. Divergent adalah jenis manusia yang memiliki ability untuk masuk kedalam lebih dari satu faksi. Divergent sangat dihargai di zamanku, dulunya sempat ditantang dan dilarang, namun seiring perkembangan zaman, Divergent dirasa perlu untuk menetralkan. Kaum Divergent adalah para petinggi di planet XXX, planet dimana semua hal2 dari planet lain diatur di planet ini. Jumlah keseluruhan planet adalah 6. XXX, XXX-1, XXX-2, XXX-3, XXX-4,   dan XXX-5. Dan planet XXX adalah planet para Divergent, mereka yang menjalankan pemerintahan untuk kelima planet lain.

Planet XXX juga menjadi pusat pelatihan, orang masa lampau menyebutnya sebagai sekolah. Disana, ada sebuah pusat pelatihan terbesar bernama Capitol yang menggabungkan seluruh anak berusia 16 tahun dari semua planet untuk dilatih dan dibagi sesuai dengan bakat mereka.

Misal, aku terlahir sebagai seorang Erudite. Tak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya aku berjiwa Dauntless. Maka aku akan masuk ke pelatihan Dauntless. Setelah menjalani pelatihan selama kurang lebih 3 bulan, barulah kami dilepas ke berbagai planet yang artinya aku bisa saja tidak kembali ke planet asalku, namun ditugaskan ke planet lain. Itu semua tergantung pemerintah yang membagi kami.  Kakak ku yang sulung, Kaneki Daniel, ternyata adalah seorang Divergent. Ia pergi ke Capitol 2 tahun yang lalu dan tengah menjalani pelatihan di bagian Divergent. Dia bilang itu sangat susah, karna kau harus mengikuti pelatihan dari semua aspek faksi.

Aku sangat berharap aku tak memiliki nasib yang sama sepertinya. Namun, aku agak sedikit ragu akan diriku. Aku penyuka alam, aku memiliki banyak teman zagigs. Kaum zagigs yang paling banyak menjadi temanku adalah para faun dan beberapa satyr. Aku suka menjelajah alam dengan mereka, dan aku type yang suka berdebat jika ada sesuatu yang kurasa tidak benar dan patut untuk dibenarkan.

Namun,  akupun memiliki jiwa erudite, dimana diumurku yang kesepuluh, enam tahun yang lalu, aku menciptakan sebuah robot mini dan melengkapinya dengan otak buatan yang disadur dan diolah ulang dari otak ku, dimana otak ini bertumbuh setiap tahunnya. Setahun sekali ia bertumbuh dengan pemikiran 5 tahun. Sebagai contoh, ketika pertama kali dibuat, ia berpikiran seperti bayi. Setahun kemudian, ia berpikiran layaknya anak umur 5 tahun, setahun kemudian lagi, berpikiran layaknya anak umur 10 tahun, yang membuatnya bisa berbicara dan berpikir, serta memiliki pemikiran dan sifat yang sama sepertiku.

Dan tentu saja, ia lebih dewasa dariku. Pemikiran otaknya sekarang sudah menginjak usia 30 tahun, dimana aku yang asli masih berpikiran 16 tahun, walaupun bentuk tubuh kami sama. Ia akan terus begitu, aku sengaja membuat postur tubuhnya seperti pria umur 20 tahun karena dia tidak bisa bertumbuh. Dia tidak akan bisa mati, kurasa. Kecuali jika otaknya diambil dan tubuhnya dihancurkan.  Aku menamainya Rob. Rob adalah kawan setiaku.. aku hanya tinggal mengisinya dengan listrik sebulan sekali selama 5 jam, dan dia bisa menjadi temanku untuk selamanya. Rob juga bukan robot kaku yang tidak bisa bergerak bebas. Rob memiliki tubuh seperti manusia. Jiwa seniku terpancar disini, dimana aku merancang Rob sedemikian rupa dengan lilin. Dengan kata lain, Rob adalah manusia lilin yang sebenarnya robot, namun hidup. Ayahku sempat terperangah dan menawarkan untuk memamerkan penemuanku dihadapan dewan Divergent, namun aku menolak. Kurasa, ini belum waktunya.

Besok adalah hari keberangkatanku ke XXX, dimana aku akan menjalani pelatihan dan mengetahui apa jati diriku yang sebenarnya. Aku banyak berdiam diri selama seminggu terakhir ini, sibuk dengan pemikiran tentang apa yang akan kuhadapi besok. Aneh rasanya, aku akan segera berpisah dengan kedua orangtuaku untuk jangka waktu yang tidak sebentar. Ayahku memberikan petuah-petuah penting tiap malam, mengingat keberangkatanku sudah didepan mata.

Malam ini aku duduk didepan jendela kamarku, memandang kosong kearah selatan, sayup-sayup terdengar suara Rob dan ayah sedang berbincang. Aku tak peduli. Besok adalah hari besarku. Tak lama, pintuku terbuka. Pintu di rumah2 di zaman kami adalah apa yang orang masa lampau sebut sebagai pintu lift.

“tangkaplah ini” ucap Rob sembari melemparkan sebiji apel merah ke arahku. Aku menangkapnya dengan sigap.

“kau yakin tak ingin ikut?” ucapku sembari menggigit apel tanpa menoleh kearahnya

“aku sudah tua dan kau tau itu, Sam” ujarnya terkekeh

“kau baru berusia 6 tahun”

“itu kesalahanmu menciptakan aku dengan pertumbuhan otak yang pesat”

“ikutlah denganku”

“mereka akan tau aku bukan manusia. Pelatihan itu untuk manusia”

“jadi kemana kau akan pergi setelah aku tak ada disini?”

“kemana? Hey, apa yang kau pikirkan?” Rob melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku

“aku tak akan kemana-mana. Aku akan tinggal disini menemani ibu dan ayah karena kedua putranya pergi menjalani pelatihan” jelasnya kemudian.

“benarkah begitu?”

“ya. Kau pikir aku sedang berbohong?”

“tampaknya begitu” jawabku menahan tawa, yang disambut lemparan bantal oleh Rob.

“jangan khawatir. Aku akan tetap mengunjungi tumnus si faun dan para satyr di selatan.” Jelas Rob serius. “yang harus kau lakukan hanyalah menjalani kehidupan yang baik di pelatihan dan kelak kau harus berusaha agar ditempatkan kembali di planet ini, karena kau satu-satunya harapan. Kakakmu sudah pasti tidak akan kembali” tegas Rob

Aku sekali lagi melayangkan pandanganku ke luar jendela, tak berbicara selama beberapa menit, sibuk berkecamuk dengan pikiranku sampai akhirnya….

“aku pasti akan kembali, Rob. Jagalah semua yang aku miliki sampai waktunya aku kembali” jelasku mantap

“kalau begitu, tidurlah. Kau memerlukan tenaga extra untuk besok” ujar Rob yang disambut anggukan dariku.

Rob bukan makhluk yang bisa tidur. Ia hanya akan tertidur sekali sebulan ketika energinya diisi atau ketika energinya habis. Rob tidak bernafas dan tidak makan minum. Sumbernya hanya dari energinya. Semua inderanya melebihi manusia normal, karna waktu membuatnya, aku mencapur adukkan serum vampire, werewolf, centaurs, unicorn dan beberapa zagigs lain di selatan yang kudapatkan dengan Cuma-Cuma karena telah menolong mereka dalam suatu hal kala itu.

Aku bangun dengan kekuatan setengah pagi itu. Malas rasanya aku beranjak dari tempat tidurku. Rob memercikkan air dingin ke wajahku yang membuatku terperanjat

“apa yang kau lakukan, bodoh?” semprotku

“hahaha… aku bertaruh kau akan masuk Dauntless. Sebaiknya ada pemanasan sedikit, bung” gelak tawanya memenuhi kamar.

Aku menggelengkan kepalaku, mengambil cepat handuk putih di gantungan dinding dan melesat cepat ke kamar mandi.


Jalanan jalur udara pagi ini memang padat, tak seperti hari biasa terutama jalur ke bandara antar-planet.  Mobil terbang ayahku melesat mendahului para pengendara mobil terbang lainnya. Mobil terbang ayahku sudah di-upgrade dengan tenaga super keluaran terbaru yang membuatnya lebih cepat dari yang lain.

Aku turun dari mobil dengan was-was, kupandangi satu-satu wajah anak2 seusiaku dan rata-rata mereka ber-ekspresi sama seperti diriku. Rob menyenggol siku ku dan menegaskan bahwa semua akan baik2 saja dari sorot matanya.

Sejam lamanya kami menunggu hingga tiba waktunya untuk diriku pergi. Ibu memelukku dan mengecup pipiku, yang sebenarnya tidak terlalu kusukai karna aku ini anak laki-laki dan ayahku merangkulku erat, ada kecemasan tersirat dari matanya namun ia tutupi dengan senyuman. Sementara Rob hanya menyeringai, menjotos bahu kananku dan mengucapkan beberapa salam perpisahan.

Aku beranjak namun memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu, sesampainya di toilet, ada sebuah tangan yang mencegat lenganku, aku menoleh, dan itu Rob.

“apapun yang terjadi, jangan biarkan dirimu masuk Divergent.” Ucapnya tegas.

“apa maksudmu? Aku tidak mungkin seorang divergent” bantahku

“aku memang terbuat dari otakmu, namun aku lebih pintar darimu. Kau tau itu” sombongnya.

“memangnya kenapa jika aku divergent?” tanyaku malas

“aku tidak bisa memberitaumu. Intinya jangan” ucapnya seraya melepaskan lenganku dan beranjak pergi

“that was weird” pikirku heran namun aku menganggap itu hanya salah satu dari keanehan Rob yang tidak patut dipermasalahkan.

Aku mendudukkan diriku di ruang tunggu yang dipenuhi anak-anak sebayaku. Ada beberapa anak amity yang menangis karena perpisahan dengan orang tuanya, aku tak memperdulikan itu. Aku menyilangkan tanganku didada, menyandarkan punggungku ke kursi dan memejamkan mataku. Aku hampir mencapai mimpiku ketika merasa ada suatu suara yang berbicara padaku, tepat disebelahku.

“Hey, aku memperhatikanmu sedari tadi. Siapa namamu?”

Aku tak membuka mataku namun tetap menjawabnya “apakah penting untukmu mengetahuinya?”

“ishh… aku hanya berpikir mungkin kita bisa menjadi teman sehingga tidak susah nanti jika sampai disana” gerutunya.

Aku membuka mataku, menoleh malas ke arahnya kemudian memutar bola mataku. Seorang gadis amity berwajah imut namun tersirat kecerewetan dari wajahnya sedang memandangiku penuh harap.

“aku tak berencana untuk memiliki teman” ucapku santai sembari memperbaiki cara duduk ku.

“ayolah. Manusia itu makhluk sosial. Kau tidak akan bisa hidup tanpa teman” sergahnya

“I don’t think so”

“ishhh ayolah… namaku Sara” ucapnya dengan senyuman

“okay, Bree. Kau lihat? Disana…” ucapku sembari menunjuk ke beberapa gadis abnegation dan candor.  “dan disana” aku menunjuk lagi pada kumpulan gadis dauntless.  “jika kau ingin memiliki teman dari faksi berbeda, datanglah pada mereka. Aku bukan orang yang tepat” jelasku sembari kembali ke posisi awalku dan memejamkan mata.

Kudengar ia mendengus kesal dan beranjak pergi. Tak lama kemudian, kami diperintahkan untuk memasuki kapsul. Aku memasuki kapsulku dan duduk disana sembari mengeratkan tali sabuk ke pinggangku. Didalam kapsul tersebut ada sebuah layar proyektor yang menganalisis data pribadiku, tak lama kurasakan kapsul itu beranjak dan melesat, tapi aku tak merasakannya. Rasanya sama seperti berada di mobil terbang, hanya saja, di kapsul lebih sempit. Aku semakin naik tinggi keatas, sejenak aku melihat kebawah, planetku sangat indah dilihat dari atas sini. Aku tersenyum simpul dan tiba-tiba merasa rindu pada tanah selatan tempatku bermain. Aku memilih untuk tidak berlarut dalam rindu hyperbola dan memilih untuk memejamkan mataku dan menghabiskan perjalanan ini dengan tidur.

Rasanya sudah sehari lamanya ketika kami sampai di planet XXX. Tidak, aku tidak tidur selama di perjalanan. Aku sibuk menikmati pemandangan angkasa luar, memperhatikan komet besar berlalu lalang, melihat bintang yang sesungguhnya, dan melihat beberapa kapsul lain yang lebih berbentuk seperti piringan terbang  berlalu lalang melewati blackhole. Aku pernah melewati blackhole sebelumnya. Dari situlah perjalanan menembus waktu dimulai. Aku mempelajari bahwa manusia zaman lampau menanggapi blackhole adalah sesuatu yang mengerikan. Namun di zamanku,blackhole itu berharga. Ada banyak blackhole yang bergerak bebas di angkasa luar, dan masing2 dari mereka sudah dikendalikan oleh system teknologi masa kini dimana satu blackhole ditentukan bisa kembali ke masa lampau dengan kurun waktu berapa tahun. Orang masa lampau menyebut kami alien dan mereka menggambarkan alien dengan gambaran yang sangat buruk padahal mereka belum pernah melihat langsung. Kami memang biasanya melakukan pendaratan di pulau atau bagian laut terpencil agar tidak terdeteksi.

Aku keluar dari kapsulku, ada banyak sekali kapsul yang mendarat, tak terhitung banyaknya. Kepalaku terasa sakit melihat keramaian itu. Aku benci keramaian.

“hey. Kau erudite? Dari planet mana?” seseorang menepukku. Aku menoleh, ia seorang dauntless. Lelaki yang memiliki postur sama sepertiku namun ia tak lebih tampan dariku.

“XXX-1” jawabku singkat.

“ah, namaku Ten. Panjangnya Zouche Ten. Dauntless, planet XXX-5” jelasnya.

Aku mengangguk tanda mengerti dan kami berjalan bersamaan menuju sebuah hall dimana kami akan diberikan instruksi tentang kegiatan selanjutnya.

“aku pikir akan lebih bagus memiliki teman dari planet dan faksi berbeda. Orang planetku membosankan” ucap Zoe ditengah sang pemberi instruksi tengah memberikan penjelasan bahwa kami akan segera dibawa ke Capitol dan mengikuti aptitude test.

“aku bukan orang yang suka memiliki banyak teman” ucapku santai.

“begitu juga denganku. Aku menegurmu karna kau mirip salah satu teman faunku”

“kau berteman dengan kaum zagigs?”

“ya. Mereka menyenangkan”

“kau tau? Kupikir kita bisa menjadi teman” ucapku lalu tersenyum simpul.

Ten tersenyum dan memberiku high five dan aku membalasnya. Kami melanjutkan mendengarkan instruksi.

“Berhati hatilah dan jangan berbohong tentang apa yang kau dapat di testmu. Kau harus masuk berdasarkan apa yang menjadi hasilmu” Wanita Divergent setengah baya itu mengakhiri pidato instruksinya dengan senyuman hangat.

“kalian tau? Namanya Tris. Lengkapnya Beatrice Prior. Nenek moyangnya bernama sama, dan hidup di zaman ketika Divergent masih dilarang. Nenek moyangnya dulunya terlahir sebagai seorang Abnegation”

Seorang laki-laki Candor memberi penjelasan pada Ten dan aku tanpa diminta. Posturnya lebih pendek dari aku dan Ten. Ten terlihat tak berminat pada penjelasannya dan memilih mengabaikannya. Namun aku, yang punya rasa tertarik akan hal-hal masa lampau, memperhatikan anak candor itu.

“kau tau dari mana?” tanyaku

“namaku Six”

“apakah aku menanyakan itu?”

“tidak. Aku hanya ingin memberitau”

“dan apa yang membuatmu berpikir aku ingin tau?”

“apa kau mengajakku berdebat?”

“bukan itu maksudku.”

“lalu apa?”

Aku memilih untuk diam dan berhenti berbicara padanya. Ten memberikan pandangan “itulah-sebabnya-aku-tak-mau-memperhatikannya”  padaku

Kami bergerak menuju kapsul terbang yang akan membawa kami ke capitol. Kapsul ini sangat besar dan cukup menampung semua anak. Kami berjalan ke arahnya, aku dan Ten memperbincangkan masing2 planet kami dan Six memotong pembicaraan dengan info2nya seperti “mereka membuat kapsul itu selama dua tahun” atau  “kau tau? Kebanyakan anak peserta pelatihan tahun ini dari planet XXX-3 dan aku berasal dari sana”

Seseorang lewat disamping kami dan menjitak kepala Six dari belakang. “berhentilah mengigau dan mengganggu orang lain” ucapnya dengan suara berat lalu berjalan mendahului kami. Posturnya lebih tinggi sedikit dariku, badannya berbentuk dipenuhi tattoo dan piercing.

“aisshh namanya Arthur. Dauntless dari planet XXX-4. Terkenal sebagai preman dan biang keributan” jelas Six sembari memegang kepalanya.

“bukankah kau mengatakan jika kau dari planet XXX-3? Bagaimana bisa kau mengenalnya?” Tanya Ten pada Six

“aku ini Six. Tak ada yang tak kuketahui” jawabnya sembari mengedipkan mata, membuat aku dan Ten berpandangan satu sama lain lalu melanjutkan perjalanan menuju kapsul.

Aku dan Ten duduk bersebelahan sementara Six duduk disebelah seorang gadis cantik berwajah oriental. Dia seorang Abnegation. Aku memandangi gadis itu cukup lama, senyumannya seolah menghipnotis diriku, sampai aku tersadar karena Ten menepuk pundakku “kau mau memesan sesuatu? Aku ingin memesan burger. Kau tau perjalanan tadi menyebabkan lapar” tawar Ten

“ah, aku pesan soda saja. Aku tidak terlalu lapar” balasku

“baiklah” ucapnya singkat sembari beranjak dari kursinya dan menuju ke belakang, memesan sesuatu dari bar kapsul.

Aku melirik sebentar ke arah gadis tadi dan betapa terkejutnya aku karna ternyata dia sedang menatapku. Aku berpura-pura melihat keluar jendela kapsul dan tak mempedulikannya.

“aku tau kau memperhatikannya. Minggirlah, aku punya sedikit nasehat” Ten datang dan menyodorkanku sekaleng soda dan kembali duduk ditempatnya.

“suka boleh, tapi jangan kau tunjukkan perasaanmu didepannya. Nanti dia besar kepala” ucap Ten sembari mengunyah burgernya

“apa maksudmu? Aku tak menyukai siapapun” sangkalku santai

“benarkah?” Ten menyeringai mengejek dan kembali memakan burgernya “baiklah” ucapnya kemudian.

Aku hanya menggeleng dan menyandarkan punggungku, berusaha melelapkan mataku.

Entah berapa lama aku tertidur sampai pundakku digoyang oleh Ten. Aku membuka mataku dan ia memberitahu bahwa kami telah sampai di Capitol.

Aku menuruni tangga kapsul dan mengedarkan pandangan melihat sekitar. Dan sejauh mataku memandang, hanya ada keramaian dengan anak2 dari faksi yang beragam. Aku sungguh tidak menyukai situasi ini. Ingin rasanya aku berkelana seorang diri ke dalam hutan atau ke puncak gunung, dimanapun aku bisa tentram dan damai tanpa gangguan keributan yang disebabkan oleh sekumpulan orang yang tak kukenal.
Kami sekali lagi dikumpulkan disebuah hall besar dimana kami dipisahkan menjadi 5 kumpulan berdasarkan faksi kami. Ten terpisah dariku, tentu saja. Kini aku seorang diri, tak berbicara pada siapapun.

“jadi kau hanya perlu menambahkan beberapa bubuk ch2-m23 pada airnya, setelah itu kau campurkan beberapa tetes aluminium cair. Aku yakin itu akan berhasil, Lith”

Aku mendengar percakapan dua orang gadis erudite dibelakangku. Entah apa yang sedang mereka perbincangkan namun kurasa itu berhubungan pada pembuatan lem yang sampai akhir kiamat pun tidak akan terlepas. Aku pernah membacanya namun aku tak yakin itu yang mereka perbincangkan. Sudahlah, aku tak ingin peduli.

Antrian sangat panjang dan aku kira2 harus bersabar sampai 20 orang didepanku masuk. Aku memandangi sekitar. Disebelah kananku terdapat antrian dauntless dan disebelah kiriku antrian abnegation. Benar-benar membosankan mengantri seperti itu. Aku memasang raut wajah kesal sembari menginjak-injakkan kakiku ditanah secara pelan namun kasar. Tak terasa waktu berjalan sehingga tibalah saatnya bagiku untuk masuk. Sejenak aku teringat kembali kejadian aneh yang Rob lakukan ketika di bandara, namun aku tak mengambil pusing akan hal itu. Aku masuk dan aku bertemu seseorang.

“namaku Eric. Aku ditugaskan untuk membantumu mengetahui apa jati dirimu. Silahkan duduk” lelaki bersuara berat dengan tattoo dan piercing serta baju khas dauntless itu menghentakkan dagunya mengisyaratkan aku untuk duduk disebuah kursi.

Aku membuka jaket biruku, dan menaiki kursi yang agak tinggi itu. Ia kemudian memberiku sebuah cairan didalam botol krystal bening. Aku tak sibuk bertanya apa itu. Aku hanya minum dan seketika memejamkan mataku.

Ketika aku membuka mata, aku tengah berada di sebuah padang rumput yang terbakar dan aku terikat disebuah pohon besar dengan singa lapar didepanku. Test ini sangat tolol, kurasa. Sejak kapan singa berani dengan api? Sejauh yang pernah kubaca, predator manapun itu takut dengan api. Aku menggelengkan kepalaku sembari tertawa kecil, diam dan tak melakukan apapun.  Aku tau ini hanya ilusi, aku tidak mungkin dimakan oleh singa dan terbakar oleh api. Ini semua hanya permainan yang mereka atur sedemikian rupa didalam otakku. Api semakin memperkecil jaraknya dan singa semakin dekat denganku, lalu tiba2 aku sudah memegang sebuah cutter coklat ditanganku. Baiklah, kurasa ini saatnya bermain.

Tali itu terlihat sangat kuat dan tebal, namun ketika aku menggoreskan cutter itu dengan sedikit kesulitan, tali itu terbuka dengan mudah layaknya sebuah kertas yang digores cutter. Tanganku terlepas. Selanjutnya, apa yang kulakukan? Singa itu terlihat sangat lapar dan semakin maju kehadapanku. Aku memandangi pohon, tak niat untuk memanjatinya. Aku melangkahkan kakiku ke daerah yang terbakar dan aku terlunjak. Bodoh! Apakah ini benar-benar ilusi? Kenapa rasanya sakit? Kurasa aku tak punya pilihan lain. Api semakin mengecil dan kini aku tersudut. Sebentar lagi api ini akan memakan satu2nya pohon ini. Aku mengambil tindakan memanjat pohon. Ketika sampai dipuncak, aku melihat ada area tidak terbakar diluar lingkaran api. Sekali lagi, test ini bodoh. Akupun menunggu diatas pohon hingga api itu mencapai ke lingkaran paling terkecil, singa tadi sudah entah kemana. Mungkin terbakar.

Ketika api sudah mencapai lingkaran terkecil dan akan melahap pohon, aku segera melompat dan tiba2 sekarang aku berada ditengah tengah jembatan yang rapuh. Disebelah kananku terdapat jurang, dan disebelah kiriku air terjun raksasa yang terlihat mematikan. Di masing2 ujung jembatan ada sebuah bangunan rapuh. Kurasa aku tidak akan repot2 kesana. Sekali lagi aku menegaskan pada diriku bahwa test ini bodoh dan tidak nyata. Aku mengambil nafas panjang dan memilih meloncat ke jurang dan menutup mataku. Ketika aku membuka mata, aku kembali berada di ruangan dimana aku diberi cairan tadi dan Eric mengatakan bahwa test ku telah selesai.

“lalu? Apa hasilnya?” tanyaku datar

“Dauntless, Erudite dan Amity” jawabnya singkat

“Divergent?”

“kurasa begitu”

“bisakah kau memberikan penjelasan mengenai test itu?”

“aku disini untuk membantumu menemukan jati dirimu, bukan menjawab rasa ingin taumu. Sekarang keluarlah” jawabnya ketus.

“Bagaimana jika aku tidak ingin masuk divergent? Apakah aku bisa hanya memilih salah satu faksi saja?” tanyaku dengan nada agak ditinggikan

“otakmu terbuat dari apa?  Aku tau Daniel adalah orang tolol namun tak kusangka adiknya jauh lebih tolol dan bersikap seperti bayi. Kenapa? Kau takut? Kalau takut sebaiknya tak usah ikut pelatihan ini sedari awal. Feel free to go home”  jelasnya ketus.

Aku tak ingin berkata-kata lagi. Berlama-lama disana hanya akan membuat tinjuanku melayang ke wajahnya. Aku tak repot2 memikirkan kenapa ia bisa tau kakak ku. Golongan divergent memang terkenal dan wajar jika ia tau kakak ku.

Aku keluar dan Ten sudah menungguku di pintu keluar. Wajahnya mengisyaratkan bahwa ia ingin tau apa hasil testku.

“Divergent” ucapku singkat.

“tenanglah. Kau tidak sendiri” ucapnya optimis sembari menepuk2 pundakku

“kau divergent?”

“ya. Aku bisa masuk abnegation, dauntless dan amity. Yang pasti otakku tak pintar untuk masuk erudite. Hahah”

“kenapa? Kau menolong singa itu?”

“apakah test kita sama?”

“kurasa begitu”

“dan memang begitu sepertinya”

“jadi?”

“apa?”

“kau menolong singa itu?”

“tidak… tapi aku menaklukan singa itu dan menungganginya hingga kami bisa keluar dari api”

“oh begitu”

“bagaimana denganmu?”

“kau tidak perlu tau”

“ayolah.”

Akupun memberitahunya bagaimana aku menghadapi test ilusi tadi. Kami berbincang banyak soal itu sampai tiba saatnya nama kami dipanggil untuk langsung diantar ke tiap distrik sesuai dengan faksi. Ada Distrik Erudite, Distrik Dauntless, Distrik Candor, Distrik Abnegation, dan Distrik Amity.  Dan untuk para Divergent, kami akan tetap stay di Capitol karena nantinya kami akan mengunjungi semua distrik secara bergantian. Benar-benar melelahkan dan membosankan.

Ada beberapa nama yang kukenal yang masuk ke golongan divergent. Ten, Arthur, Six, dan Sara. Jika faksi lain rata-rata mencapai 50orang, maka kelompok divergent tak lebih dari 20. Ketika faksi lain sudah sibuk naik ke kapsul dan siap diantar ke distrik pelatihannya, kami hanya bisa memandangi mereka dan tetap bertahan berdiri di hall sampai ada instruksi yang menyebutkan kami harus kemana. Setidaknya ada 1 yang bisa menjadi penyemangatku saat ini. Gadis itu pun seorang Divergent.

Seorang inspektur datang dan memberikan pengarahan kepada kami dan aku tau betul wajahnya. Kakak ku. Daniel.

“namaku Daniel. Aku akan menjadi pelatih kalian selama 12 minggu kedepan. Ada banyak hal yang akan kalian pelajari karena kalian istimewa. Sekarang kalian akan dibawa oleh kapsul itu” ujarnya sembari menunjuk sebuah kapsul mewah. Hampir semua dari kami membuka mulut melihat betapa megahnya kapsul itu. “ya aku tau, kalian memang diistimewakan, namun beban kalian tidaklah mudah. Aku harap mental kalian bukan mental bayi. Sekarang pergilah kesana. Disanalah kalian akan hidup selama 12 minggu kedepan. Didalam kapsul itu sudah tersedia dormitory. Lelaki dan perempuan dipisah. Ada ruang baca, ruang berlatih, cafĂ©, kantin 24 jam, dan ruangan untuk baju2 yang kalian butuhkan. Tidak ada faksi lain yang diperlakukan seperti ini jadi berbanggalah. Namun saranku adalah, jangan sombong karena kesombongan adalah yang paling berpotensi membunuhmu” jelasnya lalu mengisyaratkan kami untuk segera pergi ke kapsul.

Aku baru akan naik ke tangga kapsul ketika kuingat ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada Daniel. Aku menyuruh Ten untuk duluan dan aku kembali ke hall, ia tak ada disana. Akupun pergi kesebuah base dan tak sengaja mencuri dengar sesuatu.

“apakah semakin parah?”

“ya… kurasa pasukannya sudah bergerak dan sebentar lagi pasti meluncurkan serangan. Satelit menangkap pergerakan dari laut merah di utara, tapi tak terdeteksi sempurna. XXX adalah tujuan utama”

“mereka harus sesegera mungkin dikirim untuk menyelesaikan ini”

“ya, aku berencana memperpendek kurun waktu pelatihannya namun kurasa itu akan menimbulkan kecurigaan”

“aku benar2 menaruh harapan besar pada Divergent. Kudengar Divergent tahun ini semuanya berbakat.”

“aku merasa bersalah karena menempatkan mereka seperti seekor sapi yang dibesarkan tapi akhirnya dibunuh. Tapi bagaimanapun………….”

Aku berusaha mendengar lebih seksama lagi ketika sebuah tangan menepuk pundakku. Aku terkaget dan reflex menoleh, membuat wajah terkejut.

“apa yang kau lakukan disini, bukannya ke kapsul” itu Daniel.

“kemana saja kau?” tanyaku sembari berusaha mengatur nafasku

“apa yang kau lakukan disini?”

“banyak yang ingin kutanyakan padamu”

“aku tak punya waktu untuk itu. Pergilah ke kapsul. Nanti aku menyusul” katanya sembari mulai melangkahkan kakinya namun aku dengan sigap mencengkeram lengannya

“apakah kami akan berlatih perang?” tanyaku serius

“kurasa tidak. Kalian memang akan berlatih bersama dauntless namun tidak dibagian perang”

“lalu, apakah faksi lain juga akan belajar berperang?”

“tidak, tidak pernah seperti itu, kecuali mungkin Dauntless. Itupun hanya peperangan tahap dasar”

“lalu----” aku menghentikan omonganku

“apa?”

“tidak. Tidak apa2… aku akan ke kapsul sekarang. Kau tidak perlu mengunjungiku. Tidak ada alasan bagi kita untuk mengenal satu sama lain disini”

“apa maksudmu, dude? Hey”

Aku tak mengindahkan Daniel. Aku pikir akan lebih baik jika aku menjaga jarak darinya. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi dan aku berpikir mungkin saja Daniel ikut andil dalam ketidakberesan ini dan sepertinya akan lebih aman untukku jika aku tetap menutup mulutku dan mencari sendiri ada apa dibalik ketidak –beresan ini.

Aku mendatangi Daniel dengan maksud memperoleh jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan  seputar pelatihan yang akan kuhadapi, namun akibat insiden mencuri dengar yang tidak sengaja  kulakukan tadi, bukannya mendapat jawaban, aku malah mendapat pertanyaan.

1)      Mengapa mereka berbicara soal pasukan, padahal tidak ada pelatihan perang yang akan kami hadapi? Kalaupun ditujukan untuk Dauntless, mengapa Dauntless tidak disebutkan?
2)      Mengapa mereka membuat kiasan seolah-olah Divergent akan mati dalam waktu singkat?
3)      Ada apa dengan perihal penyingkatan kurun waktu pelatihan yang akan menimbulkan kecurigaan? Kecurigaan dari pihak siapa yang mereka antisipasi? Apa dampak yang akan ditimbulkan dari kecurigaan itu?
4)      Pasukan jenis apa yang sampai satelit tidak mampu mendeteksinya?

Aku menegapkan jalanku sembari terus mengulang-ngulang pertanyaan itu di otakku. Aku type orang yang selalu ingin tau segala hal, mungkin itu sebabnya aku terlalu memusingkan ini. Namun 1 yang pasti, sesuatu yang aku curigai, tidak pernah meleset. I’ll find out the anwers soon.

-TO BE CONTINUED-